Ni Nengah Widiasih: Inspirasi Powerlifting Disabilitas Indonesia

Senin, 24 September 2018 | 09:39 WIB
Ni Nengah Widiasih: Inspirasi Powerlifting Disabilitas Indonesia
Mimpi Ni Nengah Miliki Gym Ramah Difabel ( Facebook )

Apa yang orang tua katakan benar. Sampai saya tumbuh dewasa saat kelas 6 SD, saya mulai ikut angkat berat. Waktu itu lingkungan saya juga banyak atlet angkat berat. Kakak dulu sering mengajak saya ke gelanggang olahraga.

Lalu saya ketemu pelatih dan diajak latihan. Meski saya berbeda, pelatih sebisa mungkin melatih saya dengan kondisi seperti ini. Saat tiga bulan kemudian, saya diikuti kejuaraan nasional. Saat itu kebetulan diadakan di Bali, dan saya dapat medali emas.

Pada tahun 2007, saat saya duduk di kelas 1 SMP untuk pertama kalinya saya bergabung ke pelatnas di Solo. Pertama kali ikut Asean Para Games di Thailand dan dapat perunggu.

Setelah itu, saat pulang ke Indonesia, saya ingin berlatih terus supaya bisa seperti mereka para peraih medali perak dan emas. Pada 2012 saya juga lolos Paralimpiade di London, Inggris. Tapi saat itu saya belum beruntung, dan hanya masuk lima besar dunia.

Tapi ambisi saya tak berhenti, saya janji jika saya lolos Paralimpiade 2016 Rio, Brazil. Saya ingin bekerja keras dan dapat salah satu medali.

Sebelum itu saya melewati banyak tahap sebelum lolos ke 2016 Rio, banyak kejuaraan yang harus saya ikuti. Sebelum itu satya ikut Kejuaraan dunia di dubai, dan pertama kali masuk rangking tiga dunia.

Sebelum ke brasil saya latihan super gila, Senin hingga Sabtu, dari pagi hingga sore. Pelatih sampai bilang kamu harus istirahat, kamu akan sakit kalau begini. Tapi saya bilang saya akan sakit kalau saya gagal di Brazil nanti.

Dua bulan sebelum berangkat ke Brasil saya cidera parah, cidera bahu kanan dan otot leher, tulang agak ke geser. Tapi dengan mukjizat tuhan, dua hari jelang laga semua rasa sakit saya hilang.

Saat start pertama saya cuma ada harapan masuk di nomor 4-5 dunia, tapi saya yakin kepada Tuhan, apa pun yang terjadi saya bisa pulang bawa medali. Dan akhirnya saya pulang bawa medali perunggu tersebut.

Baca Juga: Asian Para Games, Anies Jamin Fasilitas Jakarta Ramah Disabilitas

Setelah itu saya demam tinggi, dua hari saya tak bisa bangun, mungkin karena proses sebelum pertandingan. Itu efeknya, saya juga diet ketat, saat tanding berat saya 40,25 ons. Setelah bertanding itu efeknya, demam tinggi. Tapi saya beryukur berkat kemenangan tersebut saya bisa mewujudukan mimpi saya.

Dua bulan yang lalu, saat turun di Eropa open di Prancis, saya dapat medali emas. Saat ini saya berada di rangking dua dunia, sekarang yang pegang rekor itu atlet Cina. Semoga di Asian Para Games 2018, saya bisa lebih baik lagi.

Bagaimana persiapannya saat ini?

Persiapannya sekarang lebih fokus, lebih menjaga kondisi karena kurang lebih dua minggu lagi sudah pertandingan jadi harus benar-benar fit kondisinya.

Sudah tahu lawan nanti di Asian Para Games 2018?

Sudah tahu karena, saya selalu bertemu dengan dia. Cina lawan terberat saya. Baru satu minggu yang lalu habis bertanding dengan Cina. Nanti dua minggu lagi bertanding dengan dia, jadi saya sudah tahu harus berbuat apa dan saya sudah tahu kekuatannya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI