Sampurno, Eks Kepala BPOM: Rentan, Industri Farmasi Masih Bergantung Impor

Minggu, 20 September 2020 | 04:42 WIB
Sampurno, Eks Kepala BPOM: Rentan, Industri Farmasi Masih Bergantung Impor
Ilustrasi wawancara. Dr Sampurno Apt, MBA, mantan Kepala BPOM. [Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Demikian juga India. Ternyata India itu juga ada ketergantungan dengan China; yang namanya intermediate substance, bahan baku obat, itu mereka impor dari China... Selain itu kurs dolar (AS) juga meningkat menjadi Rp 15.000.

Perusahaan farmasi memang melihat fenomena ini. Mereka melakukan pembelian cukup banyak, tetapi itu tidak lebih dari 4-5 perusahaan. Selebihnya tidak menyangka akan terjadi kasus seperti ini. Jadi selain dia kesulitan, harganya mahal, juga availabilitas, ketersediaannya juga nggak ada.

Nah, dengan struktur seperti ini, industri farmasi Indonesia sebetulnya rentan. Ini pembelajaran bagi kita. Betapa pun Indonesia itu ke depan harus mempunyai suatu strategic plan atau action plan, bagaimana bisa mengembangkan bahan baku.

Tidak ada negara di dunia ini yang 100 persen mandiri bahan baku. Jepang juga impor, tapi juga ekspor. China, produksinya lebih banyak, tapi dia beberapa juga impor.

Paling tidak, ada beberapa persen yang harus bisa kita produksi di dalam negeri. Tetapi ini tidak mudah. Kan banyak orang mengatakan, "Kita harus mandiri untuk bahan baku sendiri. Harus bisa memproduksi bahan baku sendiri."

Indonesia ini... ini kan kalo bahan baku farmasi dalam pengertian kimia sintetik, itu kan harus bahan dasarnya, intermedia substance-nya itu dari industri petrokimia, Bu.

Nah, Indonesia nggak ada industri petrokimia yang kuat. Beda dengan China. China mempunyai industri petrokimia, sehingga untuk memproduksinya itu dia dari bahan dasar di dalam negeri. Indonesia nggak ada.

Nah ini... ini yang menyebabkan basis industri farmasi di Indonesia itu tidak kuat. Harus ada strategi ke depan mengembangkan bahan baku, tidak harus bertumpu kepada obat kimia sintetik, tetapi juga bisa ke arah biotechnology, ke arah juga produk-produk yang berbasis bahan alam. Tetapi basis bahan alam ini juga harus menggunakan teknologi, apa yang dikenal dengan teknologi refraksinasi.

Inilah struktur industri farmasi kita. Sebetulnya bisa dikatakan industri farmasi Indonesia itu adalah industri substitusi impor, di mana komponen impornya, komponen bahan baku produksi dalam negeri, (itu) komponen impornya masih besar.

Baca Juga: Mengenal Marissa Hutabarat WNI yang Jadi Hakim di Pengadilan AS

Saya beberapa bulan yang lalu, hampir setahun yang lalu, (ikut) diskusi terbatas. Saya tidak... saya hanya mengatakan bahwa kalau misalnya Indonesia itu terembargo oleh China dan India, maka industri farmasi akan lumpuh dalam waktu enam bulan. Karena apa? Persediaan bahan baku stok yang ada di industri itu paling-paling 6 bulan. Jadi setelah 6 bulan. nggak bisa ngapa-ngapain. Nah, itulah fungsi strategis industri farmasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI