Kalau saya ke restoran atau mau beli makanan, tahu pedagangnya ga pakai, pak pakai atau saya ga mau belu, atau sebaliknya. Si pedagangnya, "Bu masuk ke resto saya harus pakai". Jadi harus ada mekanisme secara sosial yang saling dorong. Saya pikir kalau mau represif dari polri ga akan sustainable
Karantina mandiri disarankan di dalam rumah tapi kan masih ada keluarga lain, apakah itu efektif?
Oke, kalau konteksnya di rumah kalau dia punya kamar sendiri ya. Nah apakah dia di kamar terus atau masih sharing juga ya, sharing wc dapur, ruang tamu, itu kan saya pikir cukup susah untuk memastikan orang di kamar saya selama 14 hari. Orang kemungkinan besar akan tetap menggunakan ruang ruang yang digunakan bersama. Oleh karena itu membuat isolasi mandiri ini kurang efektif.
Aku mau tambahkan juga soal penularan indoor, kalau penularan banyak indoor. Kuncinya ventilasi itu sangat sangat penting. Tadi seperti analogi saya orang merokok, cara termudah untuk bikin ruangan tidak pekat, buka jendela biar keluar. Kurang lebih begitu juga, buka jendela di kantor kantor di restoran di kantor kita buka, jendela pintunya, pastikan ada pertukaran udara. Itu kunci pencegahan penularan untuk indoor, kalau jendelanya kecil atau susah, pikirkan selain ventilasi atau filtrasi.
Sebenarnya ada hitungan filtrasi untuk satu ruangan tertutup, contoh ada tempat ibadah yang sudah jamaahnya beribadah itu mungkin memikirkan gimana kalau jendelanya ga bisa dibuka. Jadi kita harus pikirkan filtrasi dengan air purifier.
Jadi ini tips praktis, misal naik taksi online atau taksi biasa, buka jendelanya sedikit, buka 10 cm, jadi buka sedikit saja jadi ada sirkulasi di dalam taksi tersebut di taksi yang kita naiki. Jadi penularan itu terjadi ketika kita menghirup share air, yang udara kita berbagi dengan orang lain. Jadi bagaimana kita ga share udara dengan orang lain. Jadi pastikan ada ventilasi itu pastikan ada itu.
Tekanan sosial itu gimana kalau muncul gesekan antar warga?
Itu memang salah satu kemungkinan konsekuensi orang ga seneng. Jadi itu susah juga ya, tapi menurut saya dia kesal saat itu, tapi next time dia berubah ketika ketemu orang lain, jadi gue pakai. Jadi pada saat itu ada ketidaknyamanan saat itu, tapi saya pikir itu tidak sia sia, justru social pressure itu yang kita butuhkan.
Agar semua orang segan kalau tidak pakai. Sekarang kan tidak ada tekanan yang begitu kuat. Tapi satu society kalau berpandangan bahwa ini sangat penting kalau orang ga pakai masker itu orang mau ga mau tidak nyaman akan pakai. Jadi social pressure kunci perubahan juga.