Sampai di sosmed juga, 30 persenan (itu) juga Bahasa Inggris. Jadi ketika dipakai di pemasaran produk Baduy, itu ada manfaatnya, sudah sedikit-sedikit mengerti.
(Sering) Dikasih saran sama pengunjung yang mau beli. Orang itu nanya, "Ini kamu jualan punya sendiri? Coba kamu foto, terus upload."
Kalau HP sih, sudah punya dari 2012, tapi apa adanya. Dulu masih sembunyi-sembunyi pakai HP. Kalau sekarang orang lain juga sudah pada punya.
Dulu HP dimasukin tas aja kalau di jalan, karena malu dan takut. Kalau sekarang jalan sambil pegang HP juga enggak apa-apa, karena yang lain sudah punya.
Pertama beli HP 2009, HP Nokia untuk telepon dan SMS. Cuma dari kecil sudah nguasain.
Kadang Narman (suka) bantu setting-setting apa gitu. Sejak saat itu teknologi dipahami dulu. Ngoprek-ngoprek itu ngerti, pernah beli laptop, bikin website sendiri. Semua otodidak (belajar sendiri). Paling kalau mentok cari-cari di buku, atau tanya teman.
Pertama kali buka bazar, sempat mikir balik modal atau untung nggak ya?
Sempat mikir begitu. Tapi berani aja sih, nyoba dulu. Pertama kali untung. Pertama kali di pameran Mall Taman Anggrek (tahun) 2017.
Apa lagi nih Kang, yang bisa dibagi buat motivasi teman-teman?
Baca Juga: Arya Ananda Indrajaya Lukmana: Aplikasi EndCorona Ini Ada Suka-Dukanya Juga
Itu juga sudah luar biasa, (bahwa) saya yang lebih sering berdekatan dengan tanah, bertani, itu juga sudah bangga dan senang, banyak teman, bisa diskusi, bisa ngobrol. Bahwa ternyata orang Baduy juga bisa bersahabat, saling mengisi.
Dulu saya merasa minder. Banyak yang bilang orang Baduy tersisih, terisolasi. Ternyata itu bukan kata tepat kalau bilang terisolasi. Kalau tidak ada sentuhan sama sekali dari pemerintah setempat, (itu) baru terisolasi.
Tapi (kan) ternyata orang Baduy bukan terpinggirkan. Tapi kita memang maunya ada di pinggir, memang pilihan kita mengisolasi diri dari kemajuan. Karena menurut orangtua, kemajuan itu kalau dikejar nggak ada ujungnya. Lebih baik kita bersyukur dengan yang kita miliki.
Kalau orang Baduy kan begitu. Kalau kita ngejar kemajuan, nggak ada ujungnya, dan ujung-ujungnya kita kehilangan arah, kehilangan jalan. Makanya tetap menjaga tradisi, itu tugas utama. Kalau Narman ada kegiatan lain kayak jualan, itu ngisi kewajiban kita mencari nafkah.
Kang Narman masih bertani?
Iya, saya masih bertani. Kalau tani itu bagian dari kewajiban, harus. Saya suka (ikut olahraga) lari juga di event-event nasional.