Rumus Lawan Covid-19, Ketua Terpilih IDI: 5M + VDJ + 3T + Vaksinasi

Jum'at, 30 April 2021 | 07:18 WIB
Rumus Lawan Covid-19, Ketua Terpilih IDI: 5M + VDJ + 3T + Vaksinasi
Ketua Terpilih PB IDI dr. Adib Khumaidi, SpOT. (Suara.com/Lilis Varwati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Ketua IDI dr. Adib Khumaidi, SpOT. (Suara.com/Lilis Varwati)
Ketua Terpilih PB IDI dr. Adib Khumaidi, SpOT. (Suara.com/Lilis Varwati)

Belakangan, masyarakat seolah sudah "bersahabat" dengan kondisi pandemi ini. Fenomena apa ini? Apa ini hanya  terjadi di Indonesia, atau memang seluruh dunia sudah seperti ini dengan kondisi pandemi?

Memang kita harus pahami bahwa pandemi itu juga mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat. Satu dua bulan pertama mungkin masyarakat masih bisa, artinya bukan hanya di Indonesia saja, tapi juga dunia. Tapi pada saat kita sudah mulai menginjak 1 tahun pandemi, kita nggak bisa sesederhana mengatakan stay at home.

Nanti kalau kita stay at home, siapa yang kasih makan secara ekonomi. Kemudian psikologis. Saya tidak mungkin hanya di rumah saja tanpa melakukan kegiatan, aktivitas apapun. Sehingga persepsi inilah yang harus kita luruskan sama-sama. 

Persepsinya tidak bisa hanya Anda mengatakan tidak boleh bekerja, cukup di rumah saja untuk bekerja. Padahal kita tahu pekerjaan itu tidak serta merta bisa dilakukan di rumah, harus juga dilakukan di kantor. Sehingga yang harus dilakukan adalah pendekatan strategis di mana masyarakat bisa melaksanakan protokol, tidak sekadar memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan. Paling penting adalah bagaimana kesiapan tempat-tempat fasilitas publik terfasilitasi untuk bisa terhindar dari paparan Covid. 

Contohnya dengan ventilasi yang baik, kemudian ada pengaturan jarak, tidak hanya skrining masuk cek suhu atau cuci tangan pakai hand sanitizer, tidak sekadar itu. Tapi setting ruangan harus kita ubah. Jadi kita nggak boleh mengikuti persepsi masyarakat yang menganggap sudah seperti biasa. Karena kesan yang muncul ini yang terjadi di India, dipikir sudah turun akhirnya ada event ritual, itu yang akhirnya meningkatkan kasus. Bukan tidak mungkin nanti di Indonesia juga bisa terjadi ledakan pasca lebaran. 

Jadi kita harus benar-benar bisa memahami mengapa pemerintah melarang mudik. Ini yang saya kira perlu untuk dipahami oleh masyarakat. Jadi masyarakat kita minta untuk protokol kesehatan, tapi fasilitas pelayanan publik restoran, perkantoran juga harus disiapkan untuk bisa bagaimana mereka beraktivitas tapi terhindar dari paparan Covid-19.

Menurut dokter, apakah ke depan setelah vaksin makin mutakhir, pada akhirnya infeksi Covid-19 hanya akan jadi epidemi seperti flu biasa?

Secara ilmu kesehatan masyarakat, pandemi itu nanti bisa berubah jadi epidemi. Sekarang memang belum terjadi, tapi bukan tidak mungkin nanti akan terjadi. Apalagi dengan karakter Indonesia yang negara kepulauan, bukan tidak mungkin nanti akan ada satu lokasi-lokasi yang memang epidemi.

Seperti halnya epidemi malaria, dengue, epidemi yang terkait dengan penyakit menular lainnya yang terjadi di suatu daerah tertentu. Saya kira itu bisa terjadi. Kita paham masyarakat sudah teredukasi, sudah tahu cara untuk mengurangi (paparan), termasuk sudah tahu kalau ada kemungkinan gejala, sehingga akan semakin cepat berobat. 

Baca Juga: Doni Monardo: Kalau Saya Tak Ambil Keputusan, Mau jadi Apa Negara Kita?

Kalau semakin cepat berobat, semakin cepat ditangani, dan ditangani di tempat yang memang sesuai untuk penanganan Covid-19, maka angka kematian juga bisa kita cegah. Ini yang saya kira perlu untuk dipahami oleh masyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI