Wawancara Devi Pandjaitan: Daripada Kritik, Ayo Buat Sesuatu Untuk Negara!

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 12 Juli 2021 | 09:05 WIB
Wawancara Devi Pandjaitan: Daripada Kritik, Ayo Buat Sesuatu Untuk Negara!
Pendiri sekaligus pembina Yayasan Del, Devi Pandjaitan melakukan sesi wawancara khusus dengan tim redaksi Suara.com di Jakarta, Rabu (30/6/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tapi Pak Luhut bilang, “ah jangan terlalu lama gitu”. Lalu dia bilang waktu itu kan IT, pada waktu itu low 2001. Pak Luhut itu sudah berpandangan jauh bahwa IT pada suatu Ketika akan merupakan icon lah di dalam dunia pendidikan maupun di dalam kehidupan kita. Lalu dia waktu itu langsung berpikir untuk membuat suatu politeknik. 

Tantangannya apa pada saat itu?

Iya, tantangannya sih banyak ya. Tapi kalau untuk kebutuhan mereka sekolah, karena gini orang batak itu punya  satu pemikiran untuk Pendidikan bahwa anaknya harus maju. 

Sehingga ada satu lagu yang mengatakan bahwa saya tidak perlu bermobil,atau berjam, asal anak saya sekolah. Jadi kalau di dalam pemikiran mereka itu memang sekolah atau pendidikan itu merupakan sesuatu yang teramat penting bagi kehidupan. 

Sebegitu pentingnya ya bu pendidikan bagi masyarakat Batak?

Iya, jadi kalau anda masuk ke dalam satu rumah orang Batak, di dalam tembok temboknya itu foto fotonya itu foto pada waktu wisuda, mau itu SD,SMP, Universitas

Jadi dari situ bisa menunjukkan, ya mungkin itu rata ya di dalam masyarakat Indonesia, tapi di Batak ini engga tau ada satu pemikiran bahwa pendidikan itu sangat pentinglah. 

Sekarang, setelah 20 tahun bagaimana respon masyarakat di sana?

Sangat positif dan saya yang sangat senang itu ialah bahwa kalau mereka tamat itu pada bulan September wisuda, pada bulan maret April itu udah diincer itu sama perusahaan- perusahaan dari Jakarta. Mereka meminta mahasiswa-mahasiswa yang akan tamat itu untuk bekerja kepada mereka. Karena mereka tau kualitas daripada sekolah itu sendiri gitu.

Baca Juga: Luhut Pandjaitan : Pada 2040, Indonesia Bisa Duduki 5 Besar Ekonomi Dunia

Belakangan, Yayasan Del juga juga mulai fokus ke hal budaya,kenapa bu?

Lama-lama kita berpikir kalau budaya ini kalau tidak dijaga ia akan hilang. Seperti kadang - kadang saya juga berpikir, seperti saya bersaudara 4, dulu orang tua saya mengharuskan saya berbahasa batak loh pak, kalau tidak dia bilang “ulangi” katanya kalau saya jawab Bahasa Indonesia.

Nah, kenapa saya sekarang nggak memaksakan ke anak anak saya? Walaupun anak anak saya dan menantu saya, kalaupun saya berbahasa Batak mereka mengerti, tapi mungkin vocabnya yang nggak cukup untuk berbicara.

Tapi sekarang pada cucuk saya? Lah cucu saya itu nggak ada lagi yang bisa Bahasa batak, malah fasihnya Bahasa Inggris ya gitu kan, nah itu juga kadang kadang kita berpikir begitu. Sehingga sekarang banyak gereja-gereja itu membuka kursus Bahasa Batak, supaya menjaga. Tapi nggak laku.

Pendiri sekaligus pembina Yayasan Del, Devi Pandjaitan melakukan sesi wawancara khusus dengan tim redaksi Suara.com di Jakarta, Rabu (30/6/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Pendiri sekaligus pembina Yayasan Del, Devi Pandjaitan melakukan sesi wawancara khusus dengan tim redaksi Suara.com di Jakarta, Rabu (30/6/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Jadi memang tidak mudah ya. Nah kalau budaya seperti salah satunya adalah Ulos itulah budaya orang Batak yang harus dijaga betul betul.

Sempat ada pemikiran bahwa Ulos itu dibuat oleh orang-orang dulu, memang orang orang dulu kan makenya dengan roh roh dulu sebelum dia mengenal agama kan, tapi sekarang lama lama si Ulos itu hilang. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI