Suara.com - Seiring upaya pengendalian pandemi Covid-19 dengan fase kebijakan PPKM Darurat yang masih berjalan, berbagai kritik pun terus bermunculan, utamanya terkait kebijakan dan langkah penanganan yang dijalankan pemerintah. Termasuk di antaranya dari kalangan epidemiolog atau ahli epidemiologi, antara lain seperti yang beberapa kali disuarakan oleh Masdalina Pane.
Di berbagai forum, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) ini menyampaikan kritikan sekaligus masukan terutama kepada pemerintah dan Satgas Covid-19 tentang beberapa aspek yang keliru atau terabaikan dalam upaya pengendalian. Selain menegaskan bahwa yang paling mendasar adalah pemerintah harusnya jangan sampai salah dalam membuat aturan atau kebijakan di atas kertas, Masdalina Pane juga mengkritisi kecenderungan menyalahkan masyarakat yang tidak disiplin sebagai penyebab masih melonjaknya angka kasus Covid.
Beberapa waktu lalu, peraih gelar doktor atau PhD di bidang Epidemiologi dari Universitas Indonesia, pun sempat memberikan pemaparan sekaligus berbincang dalam sebuah diskusi online (FGD) yang diselenggarakan oleh Suara.com. Berikut petikan perbincangannya yang disajikan ulang dalam format wawancara (tanya-jawab):
Apa sih yang kita lakukan selama berbulan-bulan ini (terkait penanganan Covid-19), sudah 16 bulan sampai hari ini? (Sekadar) Pembatasan pergerakan dan pengendalian pandemi?
Kalau kita lihat historinya, sejak awal pandemi sebenarnya kita sudah melakukan pembatasan pergerakan itu banyak sekali ya, dan ini yang formil. Yang formil artinya ada regulasinya, ada surat keputusannya.
Tapi di sela-sela ini, ada banyak sekali istilah-istilah yang kalau kita identifikasi di Indonesia, dimulai dari... bisa jadi satu kamus sendiri tentang pembatasan di Indonesia.
Dimulai dari minggu ke-15. Minggu ke-15 tahun 2020 itu ada PSBB. PSBB ini dilakukan masing-masing kabupaten/kota dan di provinsi ada satu yaitu DKI Jakarta. Itu dimulai kalau tidak salah di bulan bulan April sampai dengan Mei secara bertahap, dan kita untuk Jabodetabek cukup lama kita ikut dalam PSBB ini.
Artinya, setidaknya ada 6 sampai 8 minggu kita kemudian harus diam di rumah, tidak sama sekali ke mana-mana dan suasananya lengang sekali. Tidak seperti sekarang begitu ya. Dan pertanyaannya, apakah itu kemudian mampu menurunkan kasus? Enggak. Kasus itu terus meningkat, tapi perlahan-lahan.
Sebenarnya pengendalian itu bukan begini tekniknya. Artinya begini, saya cuma katakan bahwa 8 setengah bulan pertama pengendalian, itu sama sekali tidak ada pengendalian sebenarnya, begitu (sambil kemudian memperlihatkan presentasinya --Red).
Baca Juga: Wawancara Devi Pandjaitan: Daripada Kritik, Ayo Buat Sesuatu Untuk Negara!
Nah, yang di yang merah-merah (di layar), ini adalah libur panjang yang diduga meningkatkan jumlah kasus, yang merah-merah ini. Setelah hari raya, apakah kasusnya (melandai)? Nggak, kasusnya turun. Kasusnya turun sebentar, tapi kemudian naik lagi, tapi naiknya pelan-pelan saja, itu ya.
Sampai kemudian terus meningkat, dan DKI Jakarta meminta "rem darurat". Itu di minggu ke-37, sekitar bulan September. Itu PSBB 2 yang dilakukan hanya di dua wilayah saja, yaitu DKI Jakarta dan Banten (yang) pada saat itu meminta PSBB kedua. Apakah kemudian ini turun? Ada turun sedikit, dua minggu setelahnya turun. Semua orang happy.
Padahal sebenarnya tidak begini yang disebut pengendalian.
Terus angkanya begini saja (memperlihatkan grafiknya --Red). Ada turun di sini, saya sudah agak senang, tapi kemudian naik lagi. Nah di bulan November-Oktober akhir, baru kemudian Satgas itu ingat, kalau ada yang namanya epidemiologi. Saya diajak, tiga orang kami dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia untuk membantu di Satgas, itu akhir Oktober.
Tapi sebenarnya mengajaknya juga saya kira tidak sungguh-sungguh itu ngajaknya, jadi setengah hati saja. Kenapa? Karena ada uang 400 miliar pada saat itu, dan bulan itu sudah November sehingga harus dihabiskan uang itu di Satgas.
Terus "diamprokin" tuh uang 400 miliar pada kami bertiga nih, silakan mau bikin apa. Lah, ya kaget kita, bikin apa ya? Ya sudah, karena saya berada di sub-bidang tracing, kami membuat program yang namanya Tracing.