Epidemiolog Masdalina Pane: Terpenting Aturannya, Jangan Melulu Salahkan Masyarakat

Sabtu, 24 Juli 2021 | 11:55 WIB
Epidemiolog Masdalina Pane: Terpenting Aturannya, Jangan Melulu Salahkan Masyarakat
Ilustrasi wawancara. Epidemiolog Masdalina Pane. [Foto: PAEI/Dok. pribadi, olah gambar: Suara.com]

Nah, kemudian dari pelaku perjalanan, kalau kita tidak mampu untuk tanggulangi, maka ada layer kedua. Layer keduanya itu karantina sebenarnya. Tapi karantinanya harus sesuai dengan imperium global. (Jika) Imperium global karantinanya masih 14 hari, kenapa kita longgarkan jadi 5 hari? Ya, masuk semua varian baru ke dalam.

Pada waktu awal terjadinya Covid, maka mereka yang kontak erak dengan pelaku perjalanan luar negeri. Pelaku perjalanan ini tentu orang yang bolak-balik, bukan yang pekerja migran saja. Pekerja migran hanya satu kali. Tapi ketika dia membawa Delta, seperti di Bangkalan, Kudus, maka dia akan mewarnai wilayah tersebut.

Waktu awal-awal, pelaku perjalanan luar negeri (itu) yang biasanya pengusaha, dekat dengan kepala daerah, politikus, elite. Itu di beberapa bulan pertama yang terkena itu orang-orang kaya yang punya kontak dengan pelaku perjalanan luar negeri, (lalu) ada gubernur, ada menteri, ada ke bupati, wali kota, pengusaha dan lain-lain.

Tapi kemudian mereka pun kontak dengan manajernya, maka terus saja ke bawah. Dan saat ini transmisi itu sudah ada di grassroot atau all population, yang mungkin pengendaliannya akan menjadi lebih rumit dan sulit, tetapi bukan tidak mungkin dilakukan.

Nah sekarang, paramater pelanggaran. Nah kalau hari ini kita melakukan pengetatan, maka bapak-ibu bisa melihat parameter pelanggaran ini ada dua, yang sudah direvisi oleh WHO. Yang terakhir itu Consideration for Implementing and Adjusting Public Health and Social Measures for Covid-19, yang 4 November 2020.

Lihat parameter pelonggarannya ini saja. Tapi yang utama parameter pelonggaran itu empat ini. Jika kasus  konfirmasi kita turun setengah puncak tertinggi 3 minggu berturut-turut, dan terus turun sampai tingkat rendah, terus yang masuk rumah sakit kurang dari 15 persen x sehari, jumlah tes yang dilakukan itu bukan 1 per 1.000 penduduk sebenarnya, tapi seluruh suspect tambah 15 × kontak erat per hari.

Jadi kalau sekarang hitungannya, kalau kita dapat 50.000 kasus per hari, maka kontak erat saja yang harus dites itu sekitar 500.000. Itu baru 10 kontak erat. Kemudian kita suspect-nya sudah ke arah 200 ribu. Mestinya sudah bisa antara 700 ribu sampai 1 juta testing dilakukan per hari.

Faktanya, kita baru melakukan testing sekitar 200 sampai 300.000. Nah yang terakhir, kemarin katanya bisa sampai 400.000. Tapi 400.000 itu spesimen. Padahal testing yang di sini adalah testing orang, bukan follow up diagnostic ya, jadi bukan spesimen.

Terus (angka) kematian harus kita turunkan, mesti lebih rendah dari global. Kalau dalam kondisi darurat, sebenarnya kematiannya 1 per 10.000 penduduk. Dan sebenarnya itu (artinya) Covid itu enggak ganas-ganas amat, hanya 2 persen, jadi nggak terlalu bermasalah.

Baca Juga: Wawancara Devi Pandjaitan: Daripada Kritik, Ayo Buat Sesuatu Untuk Negara!

Nah, ini perhitungan kebutuhan fasilitas kesehatan (sebagaimana paparan di layarnya --Red). Mengapa? Karena kita tergagap-gagap di bagian ini.

Sebenarnya kalau kita tahu kasus konfirmasi itu, yang tanpa gejala itu banyak, 70-85%, kalau daya tahan tubuh masyarakat kita kuat, maka ini yang gejala ringan 70 persen. Masa kita tidak mampu untuk mengatasi yang 15 sampai 30% ini, sehingga mereka harus mengalami perburukan dan kematian di luar sarana layanan kesehatan? Nah ini yang menjadi PR pemerintah sebenarnya.

Bagaimana soal pengendalian dan (dampak) ekonomi ini, apakah ada hubungannya?

Menurut saya, nggak terlalu berhubungan banyak. Kalau pengetatan yang sekarang itu dilakukan hanya pada jalan-jalan lintas antar daerah, itu menjadi tidak efektif, karena transmisi itu terjadi domestik. Domestik itu di mana? Di sekitar kita, di RT, di kelurahan, kemudian juga di pasar-pasar yang tidak mengalami penyekatan. Itu yang menyebabkan PPKM Darurat ini menurut pandangan kami menjadi tidak efektif.

Jadi, apa yang diusulkan?

Jadi sebenarnya, PPKM Mikro itu bagus, asal sesuai dengan usulan kami. (Tapi) Ketika kami mengusulkan konsep-konsepnya, tiba-tiba keluarnya di KPC-PEN seperti ini, dibawa oleh tim pakar. Jadi konsep yang ini diambil, dicaplok, nggak nanya-nanya tiba-tiba jadi.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI