Terdapat beberapa hal yang bisa membuat hoaks bisa tercipta, yang pertama karena ada keisengan dari pelaku. Sehingga ia membuat berita yang memikirkan kepopuleran (viral) akan membuat si pelaku semakin senang, karena itu berawal dari keisengannya.
Kedua, si pelaku menerima berita namun tidak melakukan re-check terlebih dahulu terhadap informasi yang ia terima ,karena menggebu-gebu ingin menjadi orang pertama yang menyebarkan berita itu untuk yang pertama kali.
Ketiga, kemungkinan ada yang dibayar untuk menyebarkan berita bohong (buzzer), untuk menyerang pihak lawan si pembayar untuk menjatuhkan nama pihak lawan.
Sebenarnya masih banyak alasan kenapa hoaks bisa terjadi, tetapi kemungkinan besar yang menjadi alasan adalah tiga hal di atas yaitu keisengan, popularitas dan kepentingan.
Menariknya lagi bu, hoaks ini seperti tidak ada habisnya, ibaratnya mati satu tumbuh seribu, gimana Bu Wiwied melihat ini?
Iya betul, penyebaran informasi terjadi secara cepat, baik yang berita aktual maupun berita hoaks.
Untuk hoaks sendiri bahkan penyebarannya lebih cepat yang dapat dianalogikan, dengan dalam sekali helaan nafas telah muncul 6 berita hoaks.
Karena hoaks itu memang sangat mudah dibuat, dan bisa dibilang berisi hal atau berita yang menarik. Terlebih pelakunya sulit untuk diketahui, yang kita tahu berita hoaks itu sudah menyebar begitu saja.
Hoaks saja jika sudah menyebar maka akan semakin dikembangkan. Tetapi sebenarnya hoaks itu mudah dikenali, dengan melihat dari struktur atau format dari berita itu sendiri.
Baca Juga: Wamenkes Dante Saksono Harbuwono Bicara Omicron hingga Ancaman Kesehatan Setelah Pandemi
Terlebih kalimatnya yang terlewat bombastis (hiperbola), pembaca dengan tingkat fokus dan literasi yang rendah, maka akan dengan mudah ikut menyebarkan berita tersebut tanpa melakukan research (mengecek) terlebih dahulu.
Untuk menghindari terjadi ledakan hoaks 'Mati satu tumbuh seribu', adalah memang dengan meningkatkan fokus, literasi membaca dan perdalam research atau teliti sebelum menyebarkan.
Nah, terakhir nih Bu Wiwid, ada tips nggak sih untuk para influencer kesehatan atau media kesehatan, agar pesan dan informasi seputar kesehatan bisa diterima masyarakat dengan sempurna?
Info kesehatan yang disebarkan kepada masyarakat itu harus betul betul valid, agar media-media atau jurnalis ingin menulis sesuatu, datanglah kepada sumber sumber yang dipercaya atau pakar.
Ini karena kesehatan itu sebetulnya hal yang ditunggu oleh masyarakat, karena siapa yang tidak mau sehat? Kemenkes terbuka kok, untuk sharing terkait kesehatan, dan kami juga berharap media memilih diksi yang menarik, dan mudah dicerna bagi masyarakat.
Seperti contoh “Ayo olahraga, sehari 30 menit” jangan menggunakan bahasa yang terlalu sulit dicerna, begitu.