I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi: Hadapi Hoaks, KPU Perlu Lebih Aktif Sampaikan Data, Butuh Kolaborasi Juga

Sabtu, 19 Februari 2022 | 08:47 WIB
I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi: Hadapi Hoaks, KPU Perlu Lebih Aktif Sampaikan Data, Butuh Kolaborasi Juga
Ilustrasi wawancara. Komisioner KPU I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi. [Foto: Antara / Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Desa Peduli Pemilu

Kami juga mendorong sosialisasi dan pendidikan pemilu sampai ke desa, dan ada modulnya, jadi modul yang kami dorong untuk pendidikan pemilih dan partisipasi masyarakat itu adalah bagaimana teknis dan metode melakukan identifikasi terhadap berita hoaks.

Jadi KPU memiliki program Desa Peduli Pemilu dan Pemilihan, dibuat pilot project di seluruh provinsi di Indonesia, untuk tahun 2021 sudah berjalan tapi masih terbatas, jadi ada desa yang ditunjuk sebagai pilot project dan di sana ada setidaknya 25 orang relawan atau kader yang diberikan materi-materi tentang kepemiluan, termasuk tentang bagaimana teknik dan metode identifikasi berita hoaks, dan tentang operandi dan solusi ke masyarakat.

***
Bagaimana menindak pelaku hoaks di luar tim resmi calon peserta Pemilu? Banyak pelaku hoaks ditindak, tapi tidak sampai ke otak utamanya.

Ini satu persoalan yang penting, memang itu adalah kendala-kendala di lapangan. Saya melihat memang penting pengaturan di KPU untuk antisipasi sekaligus sebagai bagian dari sosialisasi dan pendidikan pemilih dengan harapan masyarakat juga akan berpartisipasi untuk bersama-sama melakukan satu pencermatan atau masukan jika memang ditemukan unsur-unsur kampanye yang tidak sesuai dengan ketentuan.

Namun di sisi lain, saya melihat dengan praktik. Sebetulnya saya melihat ada dua mekanisme dalam praktik yang berjalan.

Pertama bisa dikaitkan langsung dengan aspek penyelenggaraan pemilu misalnya kampanye, dan itu bisa untuk akun-akun yang terdaftar di KPU, tetapi kan berlaku juga ketentuan bagaimana konten media sosial dalam ranah publik. Nah jika ada yang merasa dirugikan dia bisa menyampaikan kepada tim atau gugus tugas yang dibentuk, lalu diverifikasi oleh Bawaslu, meskipun dia itu bukan terdaftar di akun resmi, lalu direkomendasikan ke platform yang bersangkutan.

Nah di sini menjadi penting komitmen dari platform itu sendiri, jadi sejauh apa pun langkah yang kita bersama lakukan dari Dewan Pers, AMSI, CekFakta, tapi kalau platform-nya tidak berkenan ya dia (konten hoaks) akan tetap ada.

Bila perlu platform yang bersangkutan mengedukasi mereka yang ada di situ, mana yang sebaiknya dipersilakan karena itu adalah unsur kreativitas mereka dan tidak merugikan ruang publik yang sebetulnya milik semua orang, dan mana yang memang tidak boleh, ini yang harus diperkuat ke depan karena ini multidimensi.

Baca Juga: Ketua Umum PPAD Doni Monardo: Purnawirawan Bisa Jadi Wirausahawan Sekaligus Pahlawan

Bagaimana dampak disinformasi terhadap kepercayaan publik pada penyelenggaraan Pemilu? Adakah kajian?

Setahu saya di KPU sudah bahannya tetapi belum menjadi penelitian tersendiri ya, ini penting ke depan karena saya melihat bagaimana pun salah satu kata kunci suksesnya pemilu adalah kepercayaan publik, jadi kita membahas bagaimana upaya untuk mencegah dan penanganan disinformasi ini bermuara pada bagaimana agar publik percaya terhadap integritas dan kredibilitas baik proses maupun hasil daripada pemilu itu sendiri.

Saya kira ini penting untuk teman-teman pegiat pemilu, teman-teman CekFakta, penting untuk melakukan riset tentang ini, dan di KPU tentu ada sejumlah bahan terkait.

Petugas mengecek kotak suara berisi logistik di Kecamatan Menteng, Jakarta, Senin (15/4). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Ilustrasi. Petugas mengecek kotak suara beserta logistik pemungutan suara dari KPU, di salah satu kecamatan di Jakarta, pada penyelenggaraan Pemilu lalu. [Suara.com/Muhaimin A Untung]

Sebagai contoh yang saya sampaikan tadi misalnya tentang surat suara di kontainer. Ada juga hoaks tentang kandidat yang diduga akan mengganti ideologi negara dan sebagainya, ini kan perlu disikapi berhati-hati, karena hal yang sangat sensitif ini perlu secara mendalam dan bijak untuk disikapi.

Tetapi saya melihat dari pengalaman di lapangan, saya mencoba untuk memilah ya, ada yang memang karena informasinya tidak tersampaikan, ada juga suatu narasi yang sengaja dalam perspektif kajian wacana itu digenerik untuk mendapatkan atau membangun suatu perspektif tertentu di ranah publik.

Contoh ya, betul disampaikan tadi dalam setiap informasi yang dirilis KPU melalui media sosial itu, kasus tentang kardus bergembok itu selalu muncul. Tapi patut diduga, saya tidak menuduh, bahwa itu memang sengaja digenerik oleh orang-orang atau pihak tertentu yang ingin selalu meremainder kembali isu atau informasi di masa lalu untuk menjadi suatu maksud atau pandangan tertentu untuk konteks pemilu ke depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI