Suara.com - Terlahir dan besar di keluarga pengusaha, wajar jika bidang pertama yang digeluti seorang Erwin Aksa adalah dunia usaha. Pria yang belajar ekonomi di University of Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), ini langsung terjun di perusahaan yang didirikan sang ayah Aksa Mahmud, Bosowa Group, sepulangnya dari menimba ilmu di mancanegara.
Sempat menjabat Direktur Utama (Dirut), saat ini Erwin Aksa adalah Komisaris Utama (Komut) Bosowa Group, perusahaan yang ketika didirikan pada tahun 1973 di Makassar bernama CV Moneter itu. Bosowa adalah salah satu perusahaan besar di Indonesia dengan setidaknya 10 unit bisnis yang melibatkan mulai dari bidang otomotif, semen, logistik dan transportasi, hingga pertambangan, energi, properti, jasa keuangan, media dan lainnya.
Di luar dunia usaha, Erwin Aksa juga tercatat tekun berorganisasi, antara lain dengan sempat menjabat Ketua Umum BPP HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) untuk periode 2008-2011. Kini, pria kelahiran Ujungpandang pada 7 Desember 1975 ini juga makin dikenal sebagai salah satu pengurus teras Partai Golkar, tepatnya dengan menjabat Ketua Bidang Industri di kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partai berlambang beringin tersebut.
Baru-baru ini, Suara.com berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan suami dari Andi Fatmawati Manggabarani dan ayah dari tiga anak tersebut. Berbagai hal sempat dibicarakan, mulai dari kesibukannya yang kini kian intens di politik, pandangannya soal pendidikan dan persoalan mendasar bangsa lainnya, hingga rencana dan kesiapan Partai Golkar menuju Pemilu 2024.
Berikut petikan wawancara dengan Erwin Aksa yang berlangsung di kantornya di Menara Karya, kawasan Kuningan, Jakarta:
Abang ini kesannya sibuk sekali, ya? Kesibukannya saat ini selain bisnis, politik, juga tadi saya dengar ada soal bola juga, PSSI.
Kalau soal kesibukan, ya, kita harus cari sibuk. Kalau enggak, nanti kita pusing sendiri kan. Stress kalau nggak sibuk. Jadi kesibukan itu hobi sebenarnya. Mau itu bisnis, mau itu politik, olahraga juga tentunya pasti. Jadi, kesibukan itu bagian dari kita punya aktivitas.
Jadi abang selain berbinis, sekarang di Bosowa Group sebagai Komisaris Utama, juga aktif sebagai penggalang strategi pemenangan pemilu Partai Golkar, kemudian juga bapak dari tiga anak ya. Bagaimana cara menjaga kebugarannya, membagi waktunya? Apa tips yang bisa kami pelajari?
Membagi waktu, ya, pastinya [sesuai yang] prioritas dulu kan. Kalau sekarang ini, karena prioritasnya tugas di partai pusat dan sedang banyak perjalanan ke daerah, pastinya waktu banyak di sanalah. Untuk kerjaan, sudah bisa didelegasikan kepada adik-adik (di Bosowa Group ada adik-adik Erwin yang duduk sebagai komisaris juga di jajaran direksi --Red). Untuk keluarga, alhamdulillah anak-anak udah gede-gede, sudah pada kuliah. Jadi ya, memang sekarang ini banyak terlibat di Partai Golkar sebagai pengarah strategis.
Baca Juga: PDIP Belum Kasih Kepastian Soal Pemilu 2024, Pengamat Nilai Ganjar Pranowo Pilih Jalan Sendiri
Itu setiap hari itu, mengarahkan [strategi] Partai Golkar?
Iya. Partai ini kan dinamis. Jadi otomatis setiap hari kita harus lihat dinamikanya. Apalagi Pemilu tidak lama lagi. Kita sudah memulai lebih awal, dan apa yang ingin kita lakukan di 2024 harus direncanakan sebelumnya kan. Jadi perencanaan itu perlu dibuat, sehingga target-target di 2024 itu tidak meleset-lah. Kira-kira begitu.
Target Partai Golkar [di Pemilu] 2024 apa?
Targetnya kan [jadi] pemenang Pileg, pemenang Pilpres. Jadi kan targetnya dua. Jadi targetnya adalah pemenang Pileg 20% [suara] minimal, terus kemudian [jadi] pemenang Pilpres. Otomatis Golkar berada dalam koalisi yang insyaallah memenangkan Pilpres besok di 2024.
Nah, untuk pemenangan Pileg, Pemilu, kan berarti menentukan perolehan kursi caleg-caleg. Apa strategi khusus yang disiapkan Golkar untuk 2024 ini?
Ya, yang paling pasti kan, apa yang ada di data Partai Golkar di-review dulu. Ya, di-review, dilihat dulu hasil 2019 seperti apa; apa yang salah, apa yang benar, apa yang harus diperbaiki. Dan yang paling penting adalah membangun identitas partai. Jadi membangun isu, membangun opini, membangun sebuah identitas yang selama ini orang tahu Golkar itu sebagai "partai tua", partai lama, partai Orde Baru, Beringin, kuning. Itu semua tentunya harus kita bangun menjadi suatu narasi, opini yang baru.