CEO Tays Bakers Alexander Anwar, Jatuh Bangun Lewati Krisis, Percaya Akan Tetap Tumbuh

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 20 Oktober 2022 | 06:10 WIB
CEO Tays Bakers Alexander Anwar, Jatuh Bangun Lewati Krisis, Percaya Akan Tetap Tumbuh
CEO Tays Bakers Alexander Anwar saat ditemui tim Suara.com di Kawasan Jakarta Pusat, Kamis (13/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

Suara.com - Di tengah kemelut krisis moneter tahun 1998, Alexander Anwar banting setir dari usaha jual beli furnitur ke bisnis produksi makanan. Dengan modal satu buah mesin wafer stick, ia mendirikan sebuah usaha dengan nama Tays Bakers yang kini telah berusia lebih dari 30 tahun. Bahkan usahanya kini telah memiliki lebih dari 10 jenis produk camilan dengan salah satu unggulannya Tricks. 

Saat dunia kembali menghadapi krisis di tahun 2008, Alex, sapaan akrab Alexander justru memberanikan diri untuk melakukan ekspor camilan yang mereka produksi ke sejumlah negara di Asia Tenggara, bahkan kini tengah berusaha memasuki pasar Amerika Serikat. 

Kini di tengah ancaman resesi global yang sudah di depan mata, Alexander percaya bahwa usahanya tetap akan tumbuh dan menjangkau pasar yang menurutnya masih sangat luas. 

"Kita sudah melalui beberapa kali (krisis). Untuk bisnis ini kita mungkin tidak mengatakan krisis ya, ini perlambatan. Tapi dengan ukuran kita, kita percaya akan tumbuh," ujar CEO Tays Bakers Alexander Anwar kepada Suara.com di kantornya di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. 

Di kesempatan itu, Alex antara lain menceritakan jatuh bangunnya selama 30 tahun mengembangkan Tays Baker, sekaligus membocorkan resep bisnisnya hingga saat ini. Berikut ini kutipan lengkap wawancara khusus Suara.com dengan Alexander Anwar

Bagaimana awal mula Tays Bakers?

CEO Tays Bakers Alexander Anwar saat melakukan Sesi wawancara eksklusif dengan tim Suara.com di Kawasan Jakarta Pusat, Kamis (13/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
CEO Tays Bakers Alexander Anwar saat melakukan sesi wawancara eksklusif dengan tim Suara.com di Kawasan Jakarta Pusat, Kamis (13/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

Kita mulai dari tahun 1998, pada saat itu memang kita lagi mencari cari bisnis baru dan pada saat itu produk produk yang lagi trend di pasar wafer stick. Pada saat itu kita mulai merintis dengan membeli satu mesin. Dan pada saat itu bisnis itu berkembang. Dan pada sat itu lagi krisis, dan produk ini ternyata apparently justru berkembang. 

Tahun 1998 bisa dibilang krisis, tapi ada kesulitan kah memulai bisnis? 

Baca Juga: Erwin Aksa: Problem Mendasar Kita Saat Ini adalah Pendidikan, Berikutnya Ekonomi

Memang, dahulu kita ada background usaha di trading furniture, dan pada saat itu tampaknya pabrik makanan ini jadi salah satu yang menarik, makanya kita beralih ke bisnis ini. Dari 1998 kita mulai dengan wafer stick ini kita berkembang ke lini lini makanan yang lain, seperti snack jagung, itu kita masuk di tahun 2003, dan kita melihat peluang di meses coklat, di tahun 2008, dan kemudian dengan berjalannya waktu kita melihat ada peluang di produk yang hype itu namanya produk Tricks, kita menggunakan oven bake biskuit ini. 

Dan di 2016 ini lah kita investasi mesin biskuit untuk memproduksi Tricks dan ternyata produk ini cukup menarik perhatian pasar dan kita berkembang terus sampai sana. Sampai tahun 2021 kita mampu membawa produk ini untuk go public. Jadi perusahaannya go public di tahun 2021.

Dan produk kita juga sudah kita ekspor sebenarnya di tahun 2008 jadi negara-negara Asia tenggara sebagian besar sudah ada produk kita, dan negara maju seperti China, Taiwan, dan Amerika kita suplai, jadi kurang lebih seperti itu sih. 

Produk snack saat ini sudah cukup banyak, apa yang jadi Unique Selling Point dari Tays Bakers

CEO Tays Bakers Alexander Anwar saat ditemui tim Suara.com di Kawasan Jakarta Pusat, Kamis (13/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
CEO Tays Bakers Alexander Anwar saat ditemui tim Suara.com di Kawasan Jakarta Pusat, Kamis (13/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

Jadi memang kita itu perusahaan berkembang, kita dari kapasitas kecil kita selalu mengedepankan inovasi jadi kita selalu mencari USP (Unique Selling Point) yang berbeda supaya kita masuk ke pasar lebih mudah. 

Contoh seperti produk Tricks ini, bisa dibilang ini produk unik jadi alternatif untuk orang mengonsumsi potato chips. Dari segi kemasannya  juga lebih kompak, lebih gampang di bawa, dan kita juga dapat rasa kentangnya dan inovasi rasa di sana, juga kita mengedepankan inovasi juga.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI