Saya cari perusahaan ketika saya masih sendiri, saya ke mana aja oke, keluar negeri berbulan-bulan, I am okay. But then ketika saya punya suami, saya harus adjusting with his view on several things. Dan ketika saya punya anak, I also adjusting that. Dengan saya kerja di Nestle, dan sebelumnya di Bukalapak, itu saya cari yang kerjanya dekat rumah. Sehingga saya memiliki efektivitas waktu, sekaligus bisa menjadi pribadi yang multirole gitu.
Di Nestle sendiri kan relatif masih baru ya, kurang lebih satu tahun. Apa tantangan yang dilihat dan memutuskan berlabuh di sini?
Kisahnya very personal. Jadi rumah saya di seberang kantor. Jadi setiap saya keluar rumah, mau ga mau saya lewatin sini dari saya kecil. Dan saya selalu lihat logo Nestle di atas dulu yang sarang burung. Di supermarket saya juga selalu lihat itu, dan mengkonsumsi produk Nestle regular setiap hari.
Memang salah satu my desire is also to work with Nestle in a long term, setelah saya tentunya belajar banyak. Alasan pertama tentunya adjusting my forte as a mom. Saya merasa Nestle ini perusahaan yang sangat family friendly dan bahkan sebagai darah dan nadinya, Nestle emang untuk men-support family.
Menjadi seorang leadership di perusahaan yang kita sangat believe that product is really good, itu menurut saya adalah sebuah keharusan. Saya sangat percaya produk Nestle adalah produk yang luar biasa, diproduksi dengan good manufacturing, dan kemudian safety-nya sangat dipikirkan, dan marketing-nya juga very, wow, tremendous. Dan juga bagaimana kita menjadi perusahaan yang sangat humanis.
Jadi saya sangat bangga sekali bisa bergabung dengan Nestle, terutama ketika saya di-over untuk melakukan transformasi di leadership saya, di Corporate Affairs, bahwa Nestle itu perusahaan yang sangat humble, namun kita juga tetap bisa catch up dengan apa yang terjadi. Reputation management is mandatory.
Dan kebetulan saya juga memiliki skill dan pengalaman untuk mengelola reputasi perusahaan, dan melakukan transformasi.
Saya masih baru ya, sebiji jagung, but I hope that with I am here, it’s creating impact. Dan saya ingin berlabuh sampai saya pensiun di sini, InsyaAllah.
Sebagai perempuan di posisi pimpinan perusahaan, tantangannya seperti apa sih?
![Direktur Corporate Affairs Nestlé Indonesia Sufintri Rahayu saat melakukan wawancara khusus dengan tim Suara.com di Kantor Nestle Indonesia, Jakarta Selatan, Selasa (22/11/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/original/2022/12/06/87300-direktur-corporate-affairs-nestle-indonesia-sufintri-rahayu.jpg)
Saya tuh pernah di perusahaan yang majority laki-laki juga, misalnya di oil and gas, tobacco company, atau di technology yang leadership-nya banyak laki-laki. Tapi to be honest, saya tidak pernah merasakan ada imbalance treatment atau saya di-treat tidak sewajarnya karena saya perempuan.
Saya pernah baru-baru ini terpilih menjadi leader. Advice Director yang melakukan training leadership di Nestle headquarters, bersama 20 lebih pimpinan dari Nestle seluruh dunia. Di mana saya perempuan dari Asia dan menggunakan kerudung. Itu udah minoritas banget. But, I think everything it’s in our mind. Jadi saya percaya banget dengan itu.
Kalau kita merasa kita sendiri sudah di-exclusive-kan, kita akan menjadi being exclusive. But if we embrace ourself sebagai pribadi yang inclusive, orang akan menerima itu.
Jadi buat saya, it’s a good challenge misalnya saya menjadi minoritas. Misalnya laki-laki, atau saya bekerja di lifestyle yang berbeda dengan saya. Bagaimana kita tetap bisa memenangkan peperangan itu.
Saya merasa bahwa women empowerment itu gak selalu harus apa yang dikerjakan laki-laki dikerjakan kita juga, (bukan) “gua bisa kerjain apa yang lo kerjain”. Tapi bagaimana kita bisa jadi key person yang cuma kita yang bisa kerjain. Jadi kita dihargai.
Saya berterima kasih over the journey of my career. Buat kolega saya, atasan saya, yang laki-laki yang encourage to do the fullest. Buat saya itu penting sekali apa yang ada di pikiran kita, dan kita jangan meng-exclusive-kan diri. Being inclusive is really important.