Direktur Corporate Affairs Nestle Indonesia, Sufintri Rahayu: Komunikasi Bukan Cuma Karier, "It's In My DNA"

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Sabtu, 10 Desember 2022 | 07:05 WIB
Direktur Corporate Affairs Nestle Indonesia, Sufintri Rahayu: Komunikasi Bukan Cuma Karier, "It's In My DNA"
Direktur Corporate Affairs Nestlé Indonesia Sufintri Rahayu saat melakukan wawancara khusus dengan tim Suara.com di Kantor Nestle Indonesia, Jakarta Selatan, Selasa (22/11/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Saya pernah baru-baru ini terpilih menjadi leader. Advice Director yang melakukan training leadership di Nestle headquarters, bersama 20 lebih pimpinan dari Nestle seluruh dunia. Di mana saya perempuan dari Asia dan menggunakan kerudung. Itu udah minoritas banget. But, I think everything it’s in our mind. Jadi saya percaya banget dengan itu.

Kalau kita merasa kita sendiri sudah di-exclusive-kan, kita akan menjadi being exclusive. But if we embrace ourself sebagai pribadi yang inclusive, orang akan menerima itu.

Jadi buat saya, it’s a good challenge misalnya saya menjadi minoritas. Misalnya laki-laki, atau saya bekerja di lifestyle yang berbeda dengan saya. Bagaimana kita tetap bisa memenangkan peperangan itu.

Saya merasa bahwa women empowerment itu gak selalu harus apa yang dikerjakan laki-laki dikerjakan kita juga, (bukan) “gua bisa kerjain apa yang lo kerjain”. Tapi bagaimana kita bisa jadi key person yang cuma kita yang bisa kerjain. Jadi kita dihargai.

Saya berterima kasih over the journey of my career. Buat kolega saya, atasan saya, yang laki-laki yang encourage to do the fullest. Buat saya itu penting sekali apa yang ada di pikiran kita, dan kita jangan meng-exclusive-kan diri. Being inclusive is really important.

Hal itu juga gak terlepas dari lingkungan ya. Nah, lingkungan apa yang dibutuhkan supaya bisa mendukung perempuan di karier?

Kalau ceritain ini, jadi mellow banget ya. Tapi it’s really the real situation. Saya berterima kasih sekali sama suami saya. I really believe bahwa Yang di Atas itu selalu menyatukan couple itu yang sesuai, saya jadi percaya banget. Kalau bukan karena suami saya yang mendukung karier saya, menjadi seorang partner, mungkin saya enggak bisa jadi seperti sekarang.

Suami saya sangat mendukung terus. Kemudian saya punya orang tua yang sangat mendengarkan, tentunya selalu mendoakan saya; dan saya punya anak yang luar biasa pengertian. 

Memang ini tidak mudah. Ada masanya anak saya harus saya tinggalkan karena saya business trip misalnya. Tapi, saya sangat ber-partner dengan suami saya, sehingga we don’t have kayak ibu-bapak role, tapi kita sekarang partnering. Jadi kalau saya tidak ada di rumah, dia berperan sebagai bapak dan ibu, kalau suami saya lagi di luar kota juga, kebetulan suami saya juga orang sibuk, saya berperan sebagai bapak dan ibu. Dan ketika kita bersama lagi, we are celebrating that. Jadi bareng-bareng gitu.

Baca Juga: Direktur Jenderal DW Peter Limbourg dan Kepala Biro Georg Matthes Bicara Pentingnya Indonesia di Mata Eropa

Dan anak saya, itu juga saya ajarkan dari kecil bahwa at the end of the day, kamu akan sampai pada masa di mana kamu harus mandiri. Itu tinggal a matter of time, gitu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI