Kisruh Proyek BTS 4G BAKTI Kominfo, Achsanul Qosasi: Ini Melayani Siapa?

Senin, 20 Maret 2023 | 16:03 WIB
Kisruh Proyek BTS 4G BAKTI Kominfo, Achsanul Qosasi: Ini Melayani Siapa?
Anggota III BPK Achsanul Qosasi mengungkap kejanggalan proyek BTS 4G BAKTI Kominfo. [Klub Jurnalis Investigasi/Suara.com]

Apa nama alatnya?

Nama alatnya saya enggak tahu. Tapi itu bagian dari penerima sinyal, kira-kira begitu. Itu yang harus diganti dan mestinya disiapkan dari awal, bahwa ini applicable dengan SATRIA nanti. Pertimbangan-pertimbangan dari pihak BAKTI pun sudah disampaikan kepada BPK

Laporan BPK menyebutkan ada ketidaksesuaian dalam anggaran. Bapak bisa menerangkan itu?

Begini, ini masalah perencanaan. Pada saat merencanakan, mereka merencanakan program 7000-an titik ini di atas meja, istilah pemeriksa ya. Artinya tidak turun, tidak survei ke lapangan. Bahwa di sini, titiknya di sini.

Sehingga pada saat pembangunan, banyak titik-titik yang mestinya tidak perlu dibangun. Karena redundant dengan punyanya Telkomsel, dengan yang sudah ada. Medannya enggak bisa lah, enggak layak untuk dibangun. Bahkan di situ sudah ada (menara BTS).

Sehingga BPK minta jumlahnya harus dikurangi. Nah dengan jumlah pengurangan itu, tidak lagi 7.000 mestinya. Cukup sekian ribu, dari sejumlah angka yang ditemukan BPK. BAKTI pun menerima hal itu. 

Artinya apa? APBN yang disiapkan untuk BTS ini enggak harus 7.000, harus berkurang dari itu. Nah itulah yang saat ini kami minta. Carilah titik yang sesuai.

Jadi desanya itu memang sesuai betul, memang butuh itu. Kadang-kadang rakyatnya tidak ada. Gitu loh. Jadi ternyata begitu tim saya turun, ini tidak ada rakyat sama sekali. Terus ini melayani siapa?

Akhirnya dibatalkan, dan itu cukup banyak yang begitu. Ya karena tadi perencanaannya tidak dilakukan secara matang.

Baca Juga: Dapat Fasilitas dari Bakti Kominfo, Menelusuri Misteri Jabatan Adik Johnny G Plate di Kominfo

Disebutkan ada beberapa anggaran pemborosan dalam laporan BPK. Apakah semua sudah terhitung, atau masih ada elemen-elemen lain?

Karena kita ini kan mengambil random ya, dan kita tidak (berdasarkan) populasi. Kalau populasi kan ribuan, makanya saya turunkan tim lagi untuk meyakinkan itu.

Jadi dengan beberapa sampling yang kita lihat. Ya minimal itulah yang terjadi. Potensi lebihnya? Ya potensi lebih karena kita yang ambil ya itulah, kemungkinan terjadi lebih besar ya sangat mungkin.

Jadi BPK tidak memeriksa sampai ribuan titik. Kita ambil mungkin sekitar 700 atau 400. Pokoknya lebih dari 50 persen dan menurut kami itu sudah layak untuk diambil satu kesimpulan.

Jadi bukan populasi, tapi kita ambil secara random sampling, dan itu di Indonesia Timur semua memang.

Bapak bersedia bicara soal berapa kerugian negara dalam proyek ini?

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI