Wawancara Khusus Direktur Human Capital Biofarma Endang Suraningsih, Berbagi Tips agar Gen Z Tahan Banting

Rabu, 17 Juli 2024 | 14:18 WIB
Wawancara Khusus Direktur Human Capital Biofarma Endang Suraningsih, Berbagi Tips agar Gen Z Tahan Banting
Direktur Human Capital Biofarma Endang Suraningsih. [Suara.com]

Kelebihan Gen Z itu punya kemampuan digital, kemudian IQ oke, artinya tingkat kecerdasannya rata-rata perbaikan gizi dan sebagainya. Generasi Z ini adalah generasi yang punya kecerdasan intelektual yang oke.

Kemudian kalau pribadi lepas, pribadi ini masing-masing mulai melihat ke dirinya itu punya kekuatan sifat apa. Misalnya, pandai berkomunikasi kemampuan bahasa Inggrisnya oke, TOEFL di atas 550. Tapi kelemahannya, misalnya moody, itu juga harus tahu.

Kalau kita tahu kelemahan, kita bisa kelola itu. Terus kalau kita memang enggak kuat kita bisa menghindar. Ini perlu banget menjawab pertanyaan 'who am i' itu.

Bagaimana tips untuk mengenal diri sendiri?

Pertama, bagaimana saya bisa mengenal diri saya dengan bertanya pada diri sendiri, self talk. Karena yang paling mengenal diri kita itu ya diri kita sendiri sama pencipta kita dong. Kedua kita bisa minta masukan kok pada orang-orang yang ada di sekitar yang mengenal kita.

Secara objektif, karena seringkali menjadi sangat sensitif ketika kita tidak mengenali diri kemudian ada teman yang mem-bully langsung jadi down. Kalau kita down itu karena memang nggak mengenai diri sendiri.

Apapun kata dunia, saya kenal kok diri saya, jadi confident. Itu menjadi dasar kita untuk confident. Yang kedua, kita juga perlu mengelola kelemahan, dengan kekuatan dan kekurangan ini kemudian kita melihat opportunity apa, peluang apa yang bisa saya ambil dengan kekuatan dan kekurangan saya gitu.

Apa yang harus dipersiapkan Gen Z untuk menghadapi dunia human capital di masa depan, kemungkinan potensi, fungsi, pekerjaan entah itu di BUMN, private sektor, atau Global company yang akan jadi opportunity teman-teman Gen Z?

Kalau sudah punya confident, dia self confident-nya cukup, dia bisa menjawab Who Am I, berarti dia mengenali dirinya. Kemudian nanti menyelaraskan dengan What maka kemudian ketika sudah mengetahui bahwa time-nya tinggal mendefinisikan screenshot yang diperlukan. Nah kalau di Global pastilah ya, sekarang bukan zamannya digital mindset, tapi yang lebih penting sebenarnya adalah bagaimana open mind ya. Jadi terus-menerus belajar.

Baca Juga: Wawancara Khusus Calon Rektor UNPAD Prof Keri Lestari: Ungkap Cara Dongkrak Pendapatan Kampus Tanpa Kenaikan UKT

Saya seringkali mengatakan perlu waspada itu hal yang saya pelajari. Waspada itu akronim, wajib belajar tanpa henti. Kemudian A-nya, ayo kalahkan rekormu, jadi terus-menerus setiap hari itu kita harus mengalahkan diri kita. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.

Ketiga adalah simak ilmu atau pengetahuan yang lain karena ketika kita bekerja, khususnya kalau mau dikorporasi, bahasa korporasi itu bahasa keuangan. Jadi filosofi bisnis di manapun sama, UUD 45, ujung-ujungnya duit, menggunakan modal kerja 4 minimal kembali 5. Jadi mesti paham bahasa korporasi apapun latar belakangnya dan seterusnya.

Sekarang P, penting kontribusi karena lingkungan itu kadang-kadang mendistrasi kita. Jadi fokuskan pada sejauh apa sih kita tuh berkontribusi. Tapi kita juga bukan Superman, di dunia nyata yang ada itu adalah kita bekerja sama, artinya kita menjadi tembok.

Oleh karena itu A-nya kita harus berkolaborasi sehingga itu hanya adalah andalkan tim. Tinggal D sama A-nya adalah dalami panggilanmu itu. Setiap kita itu pasti bisa di manapun kita berada itu ada panggilan atau ada misi hidup yang diberikan. Nah, itu yang mesti, tadi ya, tugas kehidupanmu apa. Kamu ditempatkan di sini tuh apa sih tugasmu, jadi ya misi hidup.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI