Mengenal Potensi AI di Indonesia, Menguntungkan atau Menghilangkan Pekerjaan?

Jum'at, 23 Agustus 2024 | 21:00 WIB
Mengenal Potensi AI di Indonesia, Menguntungkan atau Menghilangkan Pekerjaan?
AI: Ancaman atau Masa Depan? Mengungkap Rahasia Kecerdasan Buatan
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Gampangnya gini,. ketika dulu ada mesin cetak itu, itu teknologi itu bisa membantu menaikkan GDP atau PDP lah ya. Mesin cetak itu diciptakan di Jerman tapi yang bisa memanen manfaat ekonominya adalah Belanda. Nah Belanda paling banyak itu, mesin cetak dibandingkan Eropa efeknya apa PDB-nya Belanda bisa naik bahkan empat kali lipat waktu itu.

Turunannya ada industri bisnis, tintanya nih, ada kertasnya, ada bendernya, ada kemudian para penulis, pembaca. Nah itu potensi ekonomi yang di-generate dari turunan mesin cetak.

Hal yang sama terjadi ketika ada Thomas Alpha Edison menemukan bola lampu, listrik muncul. Nah, listrik itu pengantar potensi ekonomi baru. Muncullah kemudian misalnya kalau kita suka bikin roti ada blender tuh, ada microwave.

Kalau panas, kan tinggalnya di Bandung nih, cari hangat-hangat atau yang dingin ada kulkas tuh, Itu kan potensi ekonomi turunan yang kemudian muncul industri lain yang menyokong listrik itu.

Nah AI itu sama, kita yakin bahwa AI itu sebagai pengantar, kemudian akan ada namanya tech stack di bawahnya yang bisa mendukung punya potensi ekonomi-ekonomi baru yang bisa kita panen. Ada anahnya, untuk investasi, data center-nya, ada chip, ada industri pendukung-pendukung lain. Yang terpenting adalah kosistem turunannya, orang-orang yang menyiapkan aplikasi-aplikasi yang AI. Yang dibangun di atas platform AI ini. (Ajar Edi)

Kalau misalkan dilihat sekarang sih kayak India, itu sudah berjalan kan industri AI-nya gitu. Nah kalau misalkan di Indonesia, Mas Wahyudi, ELSAM itu sudah ada riset, bagaimana sih perkembangan industri AI di Indonesia khususnya?

Ya, jadi sebenarnya kalau dari sisi penetrasi Indonesia juga cukup tinggi ya dalam konteks pemanfaatan dan pengembangan teknologi AI ini gitu kan. Meskipun kemudian tentu sektornya sangat variatif di level kesenjangannya antara satu sektor dengan sektor yang lain. Jadi, kalau dari studi kami kan memang bersama dengan akses partnership kemungkinan topangan dari ekonomi AI itu kan bisa mencapai 18 persen dari total PDB kita di 2022.

Jadi dia bisa mencapai 243 miliar dolar ya. Nilai ekonomi yang mungkin ditopang oleh pemanfaatan atau optimasi dari teknologi AI. Nah dari sisi keterpaparan sampai dengan saat ini memang yang paling besar di sektor teknologi informasi dan komunikasi.

Karena kan tadi seperti dijelaskan Pak Ajar memang banyak berkaitan dengan Chatboard lalu kemudian bagaimana mengembangkan konten-konten yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi dan sebagainya. Nah yang paling rendah tingkat keterpaparannya itu adalah sektor pertanian, Agriculture, gitu kan. Ya, mungkin ini soal kapasitas dan sebagainya. Akses terhadap perangkat dan seterusnya gitu kan. Tetapi kalau dilihat lebih jauh, sektor yang paling beresiko di masa depan ketika ekonomi AI ini tumbuh, justru di sektor pertanian. (Wahyudi)

Baca Juga: Apa Pekerjaan Kartika Dewi? Adik Sadra Dewi yang Diduga Ikut Kecipratan Hasil Korupsi Harvey Moeis

Apakah teknologi AI bisa menggantikan manusia?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI