Karena pada dasarnya kan teknologi AI, meskipun tadi diceritakan Pak Ajar itu dia mampu menciptakan ya, mampu apa namanya memproduksi hal-hal baru, dia bukan dibuat untuk menggantikan fungsi manusia pada dasarnya gitu kan. Jadi kan, ini yang harus ditekankan, kenapa kemudian perkembangan teknologi AI itu harus direspon dengan berbagai aspek, pendekatan, agar kemudian fungsi kontrol manusianya itu tetap sentral gitu kan. (Wahyudi)
Kalau tantangan di Indonesia sendiri untuk meningkatkan pendapatan melalui AI, itu seperti apa Mas Wahyudi?
Tantangannya ini, kalau dalam konteks eprivate sector, sebenarnya mereka sudah mulai membangun, membangun apa namanya, membangun adopsi atau bahkan mengakselerasinya, misalnya beberapa perusahaan BUMN sudah punya teknologi ini, kemudian digunakan untuk publik untuk meningkatkan engagement dengan customer-nya, punya hal baru dalam rangka experience dan meningkatkan productivity-nya.
Nah tantangannya, menurut saya adalah satu yang yang pertama adalah meningkatkan majority penggunaan cloud computing di pemerintah. Karena AI ini kan backbone-nya komputasi awan ya, sekarang mungkin sudah hyper skill cloud gitu. Nah kalau kemudian pemerintah juga bisa memaksimalkan pemanfaatan cloud computing, kita harapkan pemerintah bisa menemukan aplikasi-aplikasi baru AI, berbasis AI yang bisa memaksimalkan services-nya untuk khalayak seperti itu.
Apakah kemudian AI ini mau digunakan sebagai tools atau kemudian mau digunakan sebagai kalau kita bilang weapon lah, senjata gitu ya pilihannya kan.
Jadi, negara harus memastikan bahwa AI yang digunakan di Indonesia itu harus yang aman tepercaya, memastikan, keselamatan penggunanya, atau kita-kita ini. Jadi harus ada regulasi yang embedded, yang kemudian bisa mengikat eh bukan mengikat, memastikan para developer perusahaan pembuat AI produknya aman. (Wahyudi)
Kita takut bahwa AI bisa menghilangkan pekerjaan. Apakah AI dapat membunuh pekerjaan kita atau justru malah membantu, Mas Ajar?
Ini pertanyaannya menantang, bagus sekali. Jadi, kalau belajar dari sejarah, selalu akan ada opportunity-opportunity baru atas teknologi, tadi disebutkan ada mesin cetak kemudian listrik.
Kalau dari asesmen kita, AI pun akan punya opportunity-opportunity baru. Memang akan ada perubahan shifting beberapa rule, yang mungkin awalnya dikerjakan manusia karena rutin, dengan perkembangan teknologi ada otomatisasi yang kemudian bisa jadi akan tergantikan. Bisa jadi.
Baca Juga: Apa Pekerjaan Kartika Dewi? Adik Sadra Dewi yang Diduga Ikut Kecipratan Hasil Korupsi Harvey Moeis
Tapi kemudian, yang penting adalah shifting antara potensi pekerjaan yang lebih akan mendekati AI ini, yang membutuhkan orang-orang yang juga harus beradaptasi dengan AI.