Peran inklusi keuangan tersebut kemudian bisa dimaksimalkan oleh Gojek dalam kolaborasi GoTo karena Gojek sudah memiliki layanan pembayaran digital.
"Kami dari OJK juga melihat inovasi keuangan yang bisa muncul dari sinergi platform ini,” ucap Kepala OJK Institute, Agus Sugiarto, saat memberikan sambutan pada kesempatan yang sama.
Potensi inovasi dimaksud, menurutnya, seiring dengan cashless maupun non-physical transaction yang semakin besar.
"Kita berharap dengan munculnya GoTo ini ekonomi digital kita semakin maju. Kalau berkaca pada Global Competitiveness Index dari negara Indonesia masih jauh di level ASEAN maupun global. Kita berharap GoTo ini bisa membuat Global Competitiveness Index kita semakin maju,” ucapnya.
Agus mengatakan saat ini pangsa ekonomi digital di Indonesia masih sekitar 5% dari PDB. Berada di bawah Thailand, Singapura, bahkan India yang sudah lebih dari 20%.
"Jadi GoTo bisa mendorong pertumbuhan ekonomi digital semakin berkembang, bisa memberikan kontribusi yang semakin besar kepada PDB, dan semoga bisa menyalip negara lain dan sekaligus juga bisa menjadikan Indonesia sebagai hub ekonomi digital minimal di Asia Tenggara,” harapnya.
Peneliti Senior LPEM FEB UI Prani Sastiono menyoroti adanya dampak positif GoTo kepada kewirausahaan baik informal maupun formal.
"Kami menilai Gojek dan Tokopedia menurunkan barrier to entry (hambatan untuk memulai usaha, Red.) dalam mendirikan usaha sehingga mendorong lebih banyak orang untuk berwirausaha," kata Prani.
Dengan begitu, Prani meyakini dampak positif terhadap PDB bisa lebih besar. Terlebih Gojek sudah hadir di 200 distrik atau kabupaten dan Tokopedia juga kurang lebih digunakan di lebih dari 200 distrik.
Baca Juga: Hebat, Tokopedia Jadi Pemain Retail Nomor 1 di Kawasan Asia Tenggara
"Kalau misalnya kolaborasi ini menurunkan barrier to entry dari Gojek ke distrik-distrik yang Tokopedia-nya sudah ada itu kan artinya mungkin ada demand (permintaan) untuk logistik di daerah-daerah tersebut. Itu juga akan menumbuhkan ekonomi,” ulasnya.