Suara.com - Pandemi virus corona yang berlangsung hampir dua tahun membuat UMKM dalam negeri semakin sulit berkembang.
Meski tidak sedikit UMKM yang mampu bertahan dengan berbagai cara, termasuk beradaptasi dengan penggunaan teknologi serta menyasar pangsa konsumen baru.
Meski dengan berbagai usaha tersebut, Asosiasi UMKM Indonesia mengklaim, UMKM lebih banyak merugi dibandingkan untung selama pandemi.
“Dengan adanya digital online dapat mempermudah layanan secara efektif dan efisien dalam pemasaran, fiks cash tidak ada tawar menawar, ada promo cash back, dan tidak membawa uang lagi,” kata Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia, M. Ikhsan Ingratubun dalam dalam Webinar Digitalisasi Pembiayaan UMKM, Sabtu (18/9/2021) lalu.
Meski tak bisa ditampik ada banyak keuntungan yang didapat UMKM, namun kerugian yang diterima juga tidak sedikit.
Salah satunya seperti makin berkurangnya sosialisasi atau aktivitas sehingga berakibat tidak adanya aktivitas tawar menawar.
Tidak hanya itu, masalah lain yang dihadapi UMKM adalah harga menjadi lebih lebih mahal dibandingkan harga sebelumnya karena penambahan harga sebesar 20 persen terutama usaha kuliner, ditambah dengan biaya transportasi.
Hal tersebut juga didukung keberadaan sistem paylatter juga menyebabkan perilaku yang boros.
Selain itu, sering pula terjadi perbedaan produk antara foto dengan model dalam pembelajaan model cash on delivery (COD).
Baca Juga: Sudah Menopause, Wanita Ini Alami Pendarahan Vagina Usai Vaksin Covid-19
Tidak hanya kesesuaian antara gambar iklan dan barang, namun juga terjadi perbedaan harga yang disebabkan kualitas yang tidak sesuai dengan harga.