Indonesia Masih Punya Kesempatan Lakukan Aksi Iklim yang Lebih Ambisius

Iwan Supriyatna Suara.Com
Kamis, 29 September 2022 | 18:46 WIB
Indonesia Masih Punya Kesempatan Lakukan Aksi Iklim yang Lebih Ambisius
Ilustrasi Dampak Perubahan Iklim. (Freepik.com/vhotomax)

Suara.com - Koaksi Indonesia bersama Yayasan Indonesia CERAH meluncurkan laporan sintesis dampak krisis iklim di seluruh sektor kunci di Indonesia.

Target dari laporan ini adalah untuk membangun kesadaran publik agar dapat memahami krisis iklim dan dampaknya dengan lebih mudah, serta dapat menjadi referensi bagi media dalam mengembangkan laporan mendalam.

Kesimpulannya sudah jelas: sejumlah riset dalam beberapa tahun belakangan ini menyampaikan hasil yang konsisten bahwa ekonomi Indonesia termasuk yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Rumah tangga berpenghasilan rendah dan kelompok marjinal akan lebih banyak menjadi korban.

“Melalui publikasi ini, kami hendak menyampaikan bahwa Indonesia masih punya kesempatan untuk melakukan aksi iklim yang lebih ambisius sebelum dampak perubahan iklim makin buruk menimpa sektor sektor strategis di Indonesia, seperti pangan, infrastruktur, ekonomi, dan tenaga kerja.” kata Verena Puspawardani, Direktur Program Koaksi Indonesia.

Sebuah penelitian tahun 2021 menyebut, pada 2050 Indonesia bisa kehilangan 30-40% produk domestik bruto (PDB) jika berada di tingkat emisi sedang hingga tinggi.

Padahal, Indonesia bisa “hanya” kehilangan PDB maksimum 4% jika mampu menjaga suhu jauh di bawah 2°C.

Penelitian tersebut sejalan dengan temuan tahun 2015 yang mengungkapkan bahwa dalam skenario emisi tinggi, PDB Indonesia bisa merosot 31% pada pertengahan abad, dan terjun bebas hingga 78% pada akhir abad (2100).

Ada lagi riset yang menyoroti dampak pemanasan global pada ekonomi Indonesia yang sangat besar kecuali emisi dipangkas sesegera mungkin.

Baca Juga: Menuju Zero Emission 2050, Sekolah di Jakarta Ikut Program NetZero

Diffenbaugh dan Burke tahun 2019 menyebut, “PDB Indonesia per kapita mungkin sudah 15% lebih rendah ketimbang yang bisa tercapai tanpa pemanasan yang disebabkan ulah manusia sejak 1991.”

Pertanian dan Infrastruktur Terdampak

Panas ekstrem merupakan salah satu dampak krisis iklim yang sangat nyata di Indonesia. Hawa panas ini menurunkan hasil panen dan pangan di Indonesia, sebagaimana dinyatakan dalam riset Kinose tahun 2020.

Dalam skenario tinggi emisi, merujuk pada penelitian ini,
Pulau Jawa dan wilayah utara Sumatera akan mengalami penurunan panen beras sampai 20-40% pada 2040.

Penelitian lain tahun 2018 mengatakan, kenaikan suhu berdampak langsung pada penurunan panen kakao di Indonesia. Jika suhu mencapai 27-27,5°C maka hasil panen bakal merosot 67% dan bahkan sering mencapai nol.

Selain kakao, beras dan kopi juga akan terdampak dari kenaikan suhu dan penurunan curah hujan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI