Perseroan juga mampu mencatatkan Laba Bersih pemilik entitas induk sebesar Rp. 1,7 triliun di kuartal ketiga tahun 2023, naik 25% dibandingkan Rp. 1,5 triliun untuk periode yang sama di tahun sebelumnya. Di sembilan bulan pertama tahun 2023, Perseroan mencatatkan laba bersih pemilik entitas induk sebesar Rp. 4,5 triliun atau naik 24% dibanding periode yang sama di tahun lalu.
Dengan semakin berkembangnya industri kendaraan listrik secara global serta rencana Pemerintah untuk menjadi salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia, Perseroan dengan semangat “dari Obi untuk Indonesia”, mempunyai komitmen untuk terus melakukan investasi dan pembangunan fasilitas produksi yang dapat meningkatkan volume dan nilai tambah dari produk yang dihasilkan Perseroan.
Saat ini, Perseroan sedang melakukan ekspansi lebih lanjut dengan membangun fasilitas HPAL kedua melalui entitas anak yaitu PT Obi Nickel Cobalt (ONC) yang ditargetkan akan memiliki 3 (tiga) jalur produksi dengan kapasitas produksi 65.000 ton kandungan nikel/tahun MHP dan diharapkan akan beroperasi secara bertahap mulai di kuartal kedua tahun 2024.
Perseroan juga sedang merencanakan ekpansi lebih lanjut untuk lini produksi RKEF melalui entitas asosiasi yaitu PT Karunia Permai Sentosa (KPS) yang ditargetkan memiliki 12 jalur produksi dengan kapasitas produksi 185.000 ton kandungan nikel/tahun (feronikel) dan diharapkan akan beroperasi secara bertahap mulai semester kedua tahun 2025.
Dari sisi keberlanjutan, Perseroan akan terus memiliki komitmen untuk melakukan integrasi berkelanjutan di dalam proses bisnis, keterlibatan dan pembangunan masyarakat setempat, serta lingkungan. Perseroan juga akan terus melakukan konsultasi dan diskusi dengan Stakeholders serta Customers terkait di dalam penerapan standard ESG dan sertifikasi yang akan diterapkan di industri.
Harita Nickel juga mengakuisisi 99% saham PT Gane Tambang Sentosa (“GTS”) yang berlokasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Akusisi dengan nilai transaksi sebesar Rp 7,9 milyar ini akan meningkatkan sumber daya dan cadangan bijih nikel menjadi 302 juta wmt, sehingga menjadikan Harita Nickel sebagai perusahaan tambang nikel terbesar ke-5 di Indonesia berdasarkan sumber daya.
PT GTS memiliki konsesi tambang nikel yang belum beroperasi dengan luas area sebesar 2.314 hektar dengan masa berlaku IUP sampai dengan tahun 2040.
Perseroan merencanakan akan melakukan aktivitas pengeboran untuk mengetahui besaran cadangan dan sumber daya bijih nikel.
Pada saat yang bersamaan, Harita Nickel juga meningkatkan kepemilikan saham di PT Gane Permai Sentosa (“GPS”) dari semula 70% menjadi 99%. Selain dapat meningkatkan sumber daya dan cadangan bijih nikel Perseroan, akuisisi senilai Rp 48,8 miliar ini di harapkan dapat memperkuat kontribusi finansial terhadap Perseroan.
Baca Juga: Pakar: Program Hilirisasi Jokowi Bukan Omong Kosong, Nikel Bisa Jadi Kunci Pendapatan Negara
Pada akhir Nopember 2023, Perseroan memiliki estimasi cadangan bijih nikel sekitar 302 juta wmt. Dengan melakukan eksplorasi lebih lanjut pada 4 tambang yang dimiliki yaitu PT Obi Anugerah Mineral, PT Jikodolong Mega Pertiwi, PT Karya Tambang Sentosa, dan PT Gane Tambang Sentosa, cadangan bijih nikel yang dibutuhkan oleh anak usaha Harita Nickel akan meningkat.
PT GTS dan PT GPS adalah perusahaan afiliasi dari Harita Nickel. Transaksi akuisisi telah dilakukan secara transparan sesuai dengan penilaian dari lembaga independen dari KJPP yang ditunjuk.