Beberapa keterampilan yang perlu ditingkatkan oleh para pencari kerja tunanetra, antara lain komunikasi non-verbal, keterampilan berdiplomasi, kemampuan mempersiapkan resume, pengetahuan tentang undang-undang ketenagakerjaan, dan keterampilan menulis.
Untuk mengatasi hal ini, pelatihan khusus tentang bahasa tubuh dan ekspresi wajah yang mengutamakan praktik dan simulasi dapat membantu meningkatkan komunikasi non-verbal. Pelatihan tentang resolusi konflik, negosiasi, dan komunikasi asertif dapat meningkatkan keterampilan diplomasi.
Berbagai pihak, termasuk keluarga, institusi pendidikan tinggi, organisasi masyarakat sipil atau LSM, dan teman sebaya, memainkan peran penting dalam mendukung penyandang tunanetra.
Mereka berfungsi sebagai motivator dan pendukung utama untuk mempersiapkan individu tunanetra memasuki dunia kerja, baik untuk kesiapan mental maupun keterampilan profesional.
Pemberi kerja, baik sektor pemerintah maupun sektor swasta memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja tunanetra di Indonesia. Fakta menunjukkan, masih terdapat ketidakpahaman, ketakutan, bahkan persepsi keliru para pemberi kerja tentang kemampuan tunanetra bekerja secara inklusif. Sebagian besar pemberi kerja di Indonesia belum memahami bahwa tunanetra dapat menggunakan komputer.
Untuk mengatasinya, hasil penelitian merekomendasikan diadakannya forum yang dapat mewadahi para pemberi kerja untuk berdiskusi dan berbagi informasi. Forum diskusi ini dapat dihadiri oleh pemberi kerja yang telah memiliki karyawan tunanetra serta pemberi kerja yang belum dan diharapkan merekrut karyawan tunanetra agar dapat mengikis kekhawatiran, mispersepsi, dan ketidakpahaman tersebut.
Bagi Indonesia, mandat yang diberikan Undang-Undang Penyandang Disabilitas kepada pemerintah pun telah sangat jelas. Pemerintah daerah berkewajiban membentuk Unit Layanan Disabilitas (ULD) sektor ketenagakerjaan yang bertugas menjembatani dan memfasilitasi pemberi kerja yang diharapkan menerima karyawan tunanetra, dengan tunanetra yang berkeinginan bekerja di sektor formal.
Mitra Netra, sebagai lembaga yang memberdayakan tunanetra di sektor ketenagakerjaan, memiliki perhatian khusus untuk mendampingi, agar ULD sektor ketenagakerjaan ini dapat menjalankan tugasnya dengan lebih maksimal.
Kesadaran masyarakat tentang kebutuhan dan potensi penyandang tunanetra untuk berkarir secara inklusif juga perlu terus dibangun. Masyarakat luas juga memiliki peran untuk membangun lingkungan yang lebih inklusif. Bagi tunanetra, dukungan tersebut juga memberikan rasa aman, diterima, dan dicintai, yang penting bagi kesejahteraan psikologis mereka.
Baca Juga: Mensos dan Stafsus Presiden Bahas Upaya Indonesia Ramah Disabilitas
Pada akhirnya, dengan dukungan berbagai pihak, penyandang tunanetra tidak hanya dapat lebih aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial, budaya, dan politik, tetapi juga akan memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi untuk memasuki dunia kerja, dan mengembangkan potensi mereka.
Memberdayakan tunanetra dengan melibatkan mereka secara penuh di pekerjaan sektor formal adalah investasi yang berharga untuk bangsa dan negara. Dengan memiliki pekerjaan, tunanetra akan mandiri secara finansial, tidak tergantung pada bantuan sosial pemerintah, akan menjadi pembayar pajak, yang berarti turut berperan dalam pembiayaan pembangunan negara.