Duh, Kegiatan Usaha Tumbuh Melambat Pada Kuartal I 2025

Jum'at, 25 April 2025 | 13:49 WIB
Duh,  Kegiatan Usaha Tumbuh Melambat Pada Kuartal I 2025
Bank Indonesia beberkan kondisi ekonomi

Suara.com - Bank Indonesia (BI) mencatat hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kinerja kegiatan dunia usaha tetap terjaga pada triwulan I 2025. Hal ini tecermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang tetap positif sebesar 7,63%. 

Namun pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan kuartal IV 2024 yang tumbuh 12,46%. Direktur Eksekutif Komunikasi BI Ramdan Denny mengatakan kinerja sejumlah Lapangan Usaha (LU) tercatat positif dengan SBT tertinggi.

Rinciannya LU Jasa Keuangan diikuti LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta LU Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor. 

"Hal ini sejalan dengan musim panen pada daerah lumbung pangan nasional serta peningkatan aktivitas pada periode Ramadan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (25/4/2025).

Lalu, Kinerja Lapangan Usaha (LU) Industri Pengolahan pada triwulan I 2025 tetap terjaga dan berada pada fase ekspansi (indeks >50%), tecermin dari PMI-BI triwulan I 2025 sebesar 51,67%, lebih tinggi dari triwulan IV 2024 sebesar 51,58%. 

Berdasarkan komponen pembentuknya, mayoritas komponen berada pada fase ekspansi yaitu Volume Total Pesanan, Volume Persediaan Barang Jadi, Volume Produksi, dan Total Jumlah Tenaga Kerja.

Berdasarkan Sublapangan Usaha (Sub-LU), sebagian besar Sub-LU berada pada fase ekspansi, dengan indeks tertinggi pada Industri Makanan dan Minuman, diikuti oleh Industri Alat Angkutan dan Industri Furnitur.

Perkembangan tersebut sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang mengindikasikan kinerja kegiatan LU Industri Pengolahan tetap tumbuh dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 0,67%.

Sedangkan triwulan II 2025, kinerja LU Industri Pengolahan diprakirakan juga tetap terjaga dan berada pada fase ekspansi yang tecermin dari PMI-BI sebesar 51,92%. 

Baca Juga: Penyaluran Kredit Besar, Uang Beredar Tembus Rp 9.436 Triliun

Berdasarkan komponen pembentuknya, mayoritas komponen diprakirakan berada pada fase ekspansi dengan indeks tertinggi pada komponen Volume Produksi, diikuti Volume Total Pesanan, Volume Persediaan Barang Jadi, dan Total Jumlah Tenaga Kerja.

Sementara komponen Penerimaan Barang Pesanan Input diprakirakan membaik meski masih berada pada fase kontraksi.

Mayoritas Sub-LU juga diprakirakan berada pada fase ekspansi, dengan indeks tertinggi pada Industri Kayu, Barang dari Kayu, Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya, diikuti oleh Industri Pengolahan Tembakau dan Industri Logam Dasar.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menilai ketegangan perang dagang yang dicetuskan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuat tekanan pada ekonomi global. Hal ini juga membuat ekonomi Indonesia mengalami tekanan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan penetapan tarif ini membuat arus modal asing keluar cukup deras. Tercatat modal asing 2,86 miliar dollar AS sudah keluar dari Indonesia.

"Tapi Sejak diumumkan kebijakan tarif 2 April hingga 21 April tercatat investasi protofolio tercatat net outflow 2,86 milliar dollar AS. Ini lebih risk appetite investor gloval yang sangat tinggi sehingga menarik modalnya tidak saja Indonesia tapi ke negara emerging market," imbuhnya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI