Perlu dicatat, menurut analis dari Standard Chartered, mayoritas arus masuk ETF saat ini tidak berasal dari investor retail, melainkan institusi seperti dana pensiun dan perusahaan manajemen aset besar. Hal ini memberi gambaran bahwa permintaan terhadap Bitcoin bersifat jangka panjang dan lebih stabil.
Selain itu, ETF dari BlackRock, yaitu iShares Bitcoin Trust (IBIT), telah menjadi salah satu ETF dengan pertumbuhan tercepat di sejarah keuangan Amerika Serikat. IBIT mengelola lebih dari 270.000 BTC atau setara US$17,8 miliar hingga April 2025, mengungguli ETF Ethereum maupun produk derivatif lainnya.
Oscar menilai, bila tren ini terus berlanjut, maka ekspektasi harga Bitcoin tembus sekitar US$100.000 bukan lagi sesuatu yang mustahil.
“Bitcoin semakin diakui sebagai emas digital. Bedanya, ia jauh lebih mudah diakses dan didistribusikan lintas negara. Ini merupakan peluang strategis bagi masyarakat Indonesia untuk mulai berpartisipasi dalam aset digital global,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa fenomena pembelian Bitcoin oleh institusi turut berperan dalam lonjakan arus dana ini. Adopsi institusi seperti MicroStrategy juga menunjukkan bahwa strategi Dollar Cost Averaging (DCA) tetap menjadi metode yang digunakan bahkan oleh perusahaan berskala internasional. Hal ini sejalan dengan prinsip pengelolaan risiko yang disiplin dalam dunia keuangan.
Peran regulasi juga menjadi kunci. Oscar mengapresiasi pendekatan proaktif dari pemerintah Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya dalam membuka ruang legalitas untuk produk ETF kripto, yang pada akhirnya menarik investor global.
Dalam konteks Indonesia, Oscar berharap tren ini dapat menjadi acuan untuk percepatan edukasi masyarakat dan penguatan pemahaman terhadap aset kripto.
Indodax optimistis bahwa dengan pendekatan yang benar, literasi keuangan digital, dan dukungan regulasi lokal, Indonesia dapat mengambil peran lebih besar dalam arus investasi global ke aset digital.
Sebagai tambahan informasi, Indodax telah melihat lonjakan aktivitas transaksi pengguna sejak awal April 2025 sebesar Rp9,8 triliun. Artinya, tren global yang menunjukkan meningkatnya kepercayaan terhadap aset digital juga tercermin di dalam negeri, di mana para investor Indonesia semakin aktif memanfaatkan momentum penguatan pasar kripto untuk melakukan akumulasi aset.
Baca Juga: Harga Bitcoin Rebound, Pintu Gelar Trading Competition