Suara.com - PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) harus menelan pil pahit di kuartal pertama 2025. Sang produsen jamu kondang ini mencatatkan penurunan laba bersih yang cukup signifikan, tergerus 40 persen hingga menyentuh angka Rp232,94 miliar berdasarkan laporan keuangan SIDO yang dikutip Selasa (13/5/2025).
Angka ini kontras dengan raihan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang masih perkasa di level Rp390,49 miliar. Imbasnya, laba per saham dasar (EPS) pun ikut terjun bebas ke angka Rp7,77, dari sebelumnya Rp13,02.
Rapor merah ini tak lepas dari merosotnya angka penjualan Sido Muncul. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, perseroan hanya mampu membukukan penjualan sebesar Rp789,1 miliar, menyusut 25,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp1,05 triliun.
Meskipun beban pokok penjualan berhasil ditekan menjadi Rp376,65 miliar dari sebelumnya Rp428,31 miliar, namun penurunan penjualan yang lebih dalam membuat laba kotor terkikis menjadi Rp412,44 miliar, jauh di bawah torehan tahun lalu sebesar Rp625,11 miliar.
Upaya efisiensi yang dilakukan Sido Muncul terlihat pada penurunan beban penjualan dan pemasaran yang menciut tipis menjadi Rp93,86 miliar dari Rp94,8 miliar. Namun, beban umum dan administrasi justru membengkak menjadi Rp42,7 miliar dari Rp38,65 miliar. Kabar baik datang dari beban lain-lain yang menyusut drastis menjadi hanya Rp370 juta dari sebelumnya Rp13,25 miliar. Sayangnya, pendapatan lain-lain pun ikut terkoreksi menjadi Rp10,56 miliar dari Rp13,03 miliar.
Alhasil, laba usaha Sido Muncul pun ikut terperosok menjadi Rp286,08 miliar, jauh di bawah capaian sebelumnya yang mencapai Rp491,43 miliar. Penghasilan keuangan juga mengalami penurunan menjadi Rp10,33 miliar dari Rp11,75 miliar, meskipun biaya keuangan berhasil dipangkas menjadi Rp156 juta dari Rp650 juta.
Kondisi ini berujung pada penurunan laba sebelum beban pajak penghasilan menjadi Rp296,26 miliar dari sebelumnya Rp502,53 miliar, dan akhirnya bermuara pada penyusutan laba tahun berjalan seperti yang telah disebutkan di awal.
Meskipun kinerja laba dan penjualan di kuartal pertama kurang menggembirakan, Sido Muncul masih mencatatkan pertumbuhan pada sisi ekuitas dan aset. Total ekuitas terkumpul tercatat sebesar Rp3,7 triliun, meningkat dari akhir tahun lalu yang sebesar Rp3,48 triliun. Jumlah liabilitas justru mengalami penurunan menjadi Rp388,06 miliar dari Rp451,78 miliar. Sementara itu, total aset terakumulasi mengalami lompatan menjadi Rp4,09 triliun dari posisi akhir 2024 sebesar Rp3,93 triliun.
Pertumbuhan ekuitas dan aset ini bisa menjadi secercah harapan bagi Sido Muncul untuk bangkit di kuartal-kuartal berikutnya. Namun, tantangan untuk mengembalikan tren penjualan dan profitabilitas akan menjadi fokus utama perseroan ke depan. Pasar akan menanti strategi jitu Sido Muncul untuk kembali meracik kinerja keuangan yang lebih "berkhasiat" di sisa tahun 2025.
Baca Juga: Meski Ekonomi Dalam Tekanan, PANI Tetap Catat Prapenjualan Rp466 Miliar
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) dirintis sebagai toko jamu pada tahun 1940. Berpusat di Semarang dan berdiri sebagai perusahaan pada tahun 1975. Produk pertama perusahaan ini adalah Tolak Angin, ramuan jamu yang sampai saat ini masih menjadi andalan, produk paling populer di antara 300 produknya. Memiliki tiga anak perusahaan, yaitu PT Berlico Mulia Farma, PT Muncul Mekar, dan PT Semarang Herbal Indo Plant. Terdapat delapan pabrik dan satu gudang yang berlokasi di Semarang.