Ia juga menyampaikan pandangannya mengenai arah baru dinamika global. Menurut Djauhari, dunia tengah bergerak menuju konfigurasi kekuatan baru, yang bisa menjadi tripolar atau tetap bipolar. Dalam konteks ini, ia menilai peran Indonesia semakin relevan, terutama melalui strategi diplomasi aktif, termasuk hubungan erat antara Presiden Prabowo dan Presiden Xi Jinping.
“Diplomasi Indonesia telah menunjukkan arah yang strategis di tengah ketidakpastian global,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus memperbaiki kinerja perdagangan di Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan dampak tarif Presiden Trump yang cukup memberatkan Indonesia.
Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu mengakui bahwa perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat masih kalah dengan negara tetangga. Salah satunya Thailand dan Vietnam yang banyak menjalin kerjasama perdagangan dengan Amerika.
" Kita nih negara yang dari sisi perbandingan di ASEAN kita trade open lebih rendah dibandingkan Vietnam dan Thailand," katanya.
Untuk itu, Pemerintah pun terus menggenjot permintaan dalam negeri agar Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tidak terbebani. Sebab, tarif trump ini sangat merugikan para industri di setiap negara.
"Saya tahu penusaha sekarang sedang teriak ini mengenai kondisi daya beli masyarakat. Mudah-mudahan kita bisa perkuat dengan domestic demand," jelasnya.
Dia menekankan bahwa Indonesia terus melakukan negoisasi dengan Amerika agar tidak memberatkan perdagangan. Lantaran. Perang tarif ini sangat memukul bisnis dan industri di Indonesia. Salah satunya makanan dan minuman yang terpukul imbas tarif balasan Trump.
" Industri food yang terpukul 90 hari negoisiasi kita sangat komprenhensif pertama kali tanggal 9 april mengirim surat ke US Trade dan diterima langsung. Mudahan kita mendapatkan agrrement," bebernya.
Baca Juga: Soal Negosiasi Tarif Trump, Indonesia Kalah dengan Negara Tetangga