Meskipun masih abu-abu rumor ini, kehadiran Sunarso diyakini akan membawa angin segar dan perspektif baru bagi BSI, terutama dalam memperkuat penetrasi pasar syariah yang potensinya masih sangat besar di Indonesia.
Kepindahan Sunarso dari pucuk pimpinan BRI, bank dengan aset terbesar di Indonesia, menuju BSI tentu menyimpan tantangan dan harapan tersendiri. BSI, sebagai hasil merger tiga bank syariah BUMN, memiliki potensi sinergi yang luar biasa, namun juga kompleksitas dalam integrasi budaya kerja dan sistem.
Pengalaman Sunarso dalam memimpin organisasi besar dan menghadapi berbagai dinamika pasar diharapkan mampu membawa BSI untuk lebih solid, efisien, dan berdaya saing. Fokusnya yang kuat pada inklusi keuangan dan pemberdayaan UMKM juga dinilai akan selaras dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah yang mengedepankan keadilan dan keberkahan.
Agenda RUPST BSI yang dijadwalkan berlangsung pada sore hari ini diprediksi akan menjadi momentum penting dalam mengumumkan secara resmi perubahan susunan direksi, termasuk penunjukan Sunarso sebagai Direktur Utama. Keputusan ini tentu akan mendapatkan perhatian besar dari para pemegang saham, analis, dan masyarakat luas.
Sebelumnya, ada sejumlah nama yang digadang-gadang mengisi kursi dirut BSI. Mereka kebanyakan berasal dari eksternal perusahaan.
Pada mulanya ada tiga nama yang santer dikabarkan akan ditunjuk pemerintah mengisi kursi pemimpin bank syariah terbesar di Indonesia tersebut, yaitu Bob Tyasika Ananta, Direktur Wholesale Transaction Banking BSI Zaidan Novari, dan eks Direktur Utama BRI Sunarso.
Secara kinerja BSI sendiri telah membukukan laba bersih sebesar Rp 1,87 triliun sepanjang tiga bulan tahun ini atau kuartal I 2025. Jumlah ini meningkat 10 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,70 triliun.
BSI juga mencatatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 319 triliun atau meningkat 7,40 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp 298 triliun. Kemudian, aset BSI tumbuh 12,01 persen menjadi Rp 401, sementara pembiayaan juga tumbuh 16,21 persen menjadi Rp 287 triliun secara tahunan dari periode yang sama tahun lalu Rp 247 triliun.
Adapun dana murah (CASA) BSI yang terdiri dari tabungan dan giro tercatat Rp 195 triliun atau tumbuh 7,57 dari periode sebelumnya tahun lalu Rp 141 triliun.
Baca Juga: Sunarso Jadi Kandidat Kuat Dirut BSI, Sore Ini Dikukuhkan
Kemudian, produk cicil emas BSI juga mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 168,64 persen secara tahunan. Market share BSI juga tumbuh 3,58 persen dan market share aset tumbuh 3,29 persen.