Dari kawasan Eropa, perhatian pasar tertuju pada rilis data inflasi Inggris untuk bulan April 2025 yang diperkirakan naik ke level 3,3 persen YoY dari sebelumnya 2,6 persen YoY di bulan Maret. Kenaikan ini dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga Bank of England ke depan.
Dari dalam negeri, fokus utama tertuju pada hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang dijadwalkan pada Rabu (21/5).
Konsensus memperkirakan BI akan menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen dari sebelumnya 5,75 persen pada April 2025. Suku bunga deposit facility juga diproyeksikan turun menjadi 4,75 persen dari 5,0 persen, dan lending facility ke 6,25 persen dari 6,5 persen.
"Penurunan BI rate ini diprediksi sejalan dengan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ditengah penguatan nilai tukar rupiah dan laju inflasi yang terkendali," kata Ratna.
Sementara itu, Wall Street ditutup melemah pada perdagangan 20 Mei, dipicu koreksi di sektor teknologi. Di sisi lain, indeks-indeks di Eropa berhasil mencatatkan penguatan mengikuti tren positif dari bursa Asia, yang dipicu oleh langkah pemangkasan suku bunga bank sentral China dan Australia.
Langkah China tersebut menandakan komitmen otoritasnya dalam memberi stimulus moneter demi mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, ketegangan dagang kembali meningkat setelah Chinamemperingatkan bahwa pengawasan ketat Amerika Serikat terhadap ekspor chip dapat membahayakan kesepakatan dagang sementara yang telah dicapai sebelumnya.
Di pasar obligasi, yield US Treasury 10-tahun naik tipis sebesar 1 bps menjadi 4,485 persen. Sementara harga emas terus menguat sekitar 1,8 pers menjadi USD 3.292 per troy ounce, dipicu pelemahan dolar AS dan ketidakpastian geopolitik global.
Di tengah kondisi pasar yang cenderung konsolidatif, Phintraco Sekuritas merekomendasikan saham-saham pilihan untuk perdagangan Rabu (21/5) yaitu: SIDO, SMRA, ASRI, PWON dan ANTM.
Baca Juga: IHSG Berbalik Menguat Pagi Ini, Cek Saham-saham yang Cuan