Suara.com - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk atau dikenal Bank Muamalat menghargai keputusan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas keputusan Kukuh Rahardjo tidak lulus fit and proper test atau penilaian kemampuan dan kepatutan (PKK) sebagai Direktur perusahaan tersebut.
Komisaris Bank Muamalat, Andre Mirza Hartawan mengungkapkan ba Ia mengatakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak menyetujui hasil fit and proper test yang dijalani Kukuh yang merupakan eks direktur utama BPD NTB Syariah, untuk efektif memegang jabatannya sebagai direktur BMI.
"PSP (Pemengang Saham Pengendali) selanjutnya akan mengajukan Direktur baru di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) terdekat," kata Andre saat dihubungi oleh Suara.com, Jumat (23/5/2025).
Sementara itu, Corporate Secretary PT Bank Muamalat Indonesia Tbk., Hayunaji menyampaikan bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan penetapan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan kepada Bapak Sapto Amal Damandari sebagai Komisaris Utama Independen dan Bapak Imam Teguh Saptono sebagai Direktur Utama. Keduanya efektif menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing sejak 26 Maret 2025.
"Kami menghormati keputusan OJK yang tidak memberikan persetujuan atas pengangkatan Bapak Kukuh Rahardjo selaku Direktur Bank Muamalat. Atas hal ini, kami telah berkonsultasi dan berkoordinasi lebih lanjut dengan pemegang saham pengendali Bank Muamalat," katanya.
Bank Muamalat akan melanjutkan strategi business refocusing dengan fokus pada segmen ritel konsumer. Bank pertama murni syariah di Indonesia ini juga berkomitmen untuk terus berinovasi agar tetap relevan dengan kebutuhan nasabah serta bermanfaat bagi kemaslahatan umat.
Sebagai informasi, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan rapor biru sepanjang 2024. Bank syariah pertama di Tanah Air ini, berhasil mengantongi laba Rp18,45 miliar, atau tumbuh 38,84 persen secara tahunan atau year on year (yoy) ketimbang tahun sebelumnya yang sebesar Rp13,29 miliar.
Mengutip laporan keuangan perseroan, 8 April 2025, pertumbuhan laba bank yang dipimpin Imam Teguh Saptono selaku direktur utama ini berkat keberhasilan bank dalam menerapkan strategi efisiensi. Bank Muamalat berhasil memangkas beban operasional lainnya sebesar 19,12 persen dari Rp186,76 miliar di 2023 menjadi Rp151,04 miliar pada 2024.
Jika dirinci, Bank Muamalat mampu menekan beban promosi sebesar 9,15 persen dari Rp16,38 miliar di 2023 menjadi Rp14,88 miliar pada 2024. Sedangkan beban lainnya juga berhasil ditekan hingga 21,20 persen menjadi Rp336,80 miliar.
Perbaikan ini berdampak positif terhadap rasio efisiensi biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang turun dari 99,41 persen menjadi 99,04 persen. Hal tersebut membuktikan bahwa Bank Muamalat mampu melakukan peningkatan produktivitas dalam mengelola biaya operasional bank.
Baca Juga: Sah! Sri Mulyani Lantik Bimo Wijayanto dan Djaka Budi Utama jadi Bos Pajak dan Bea Cukai
Sedangkan dari fungsi intermediasi, Bank Muamalat menyalurkan pembiayaan hingga Rp17,09 triliun per Desember 2024. Pos pembiayaan sewa tercatat tumbuh signifikan sebesar 225 persen yoy dari Rp1,90 miliar per Desember 2023 menjadi Rp6,19 miliar pada akhir Desember 2024.
Jika, dilihat dari total pembiayaan Bank Mualamat selama 2024 mengalami penyusutan 23,91 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp22,46 triliun. Kualitas penyaluran pembiayaan tetap terjaga. Ini terlihat dari rasio Non Performing Financing (NPF) gross dan NPF net berada di level 3,35 persen dan 2,74 persen. Angka tersebut masih berada dalam batas aman yang ditentukan regulator sebesar 5 persen.
Sementara pendapatan perseroan tercatat masih mengalami tekanan. Per Desember 2024, pendapatan dari penyaluran dana Bank Muamalat turun 0,90 persen dari Rp2,15 triliun menjadi Rp2,13 triliun. Sementara pendapatan hasil untuk pemilik dari dana investasi tercatat naik 0,27 persen menjadi Rp1,95 triliun. Alhasil, pendapatan setelah distribusi bagi hasil terkontraksi 12,08 persen menjadi Rp180,08 miliar.
Adapun penghimpunan dana, Bank Mualamat mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp41,79 triliun per Desember 2024. DPK ini juga menyusut 12,11 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar Rp47,55 triliun. Meski begitu, tabungan berbasis wadiah mengalami pertumbuhan 5 persen yoy menjadi Rp7,4 triliun.
Dari sisi profitabilitas, return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) Bank Muamalat mengalami peningkatan masing-masing menjadi 0,03 persen dan 0,42 persen, dari sebelumnya 0,02 persen dan 0,28 persen.