Suara.com - Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang semakin meningkat, aset-aset investasi seperti emas kembali menjadi pilihan utama para investor.
Emas dianggap sebagai instrumen yang efektif dalam mengamankan risiko dari gejolak pasar keuangan yang tidak menentu.
Situasi ini mendorong para pelaku pasar untuk mencari instrumen investasi yang mampu memberikan perlindungan dan peluang keuntungan.
Agung Wisnuaji, CEO Finex, mengungkapkan bahwa kondisi pasar yang fluktuatif saat ini sebaiknya dimanfaatkan sebagai momentum strategis untuk meningkatkan edukasi dan partisipasi masyarakat pada instrumen derivatif, terutama yang berbasis emas.
Menurut Agung, volatilitas pasar yang menyebabkan harga emas melonjak hingga menyentuh angka USD 3.700 per troy ons bukan hanya menandakan ketidakpastian, tetapi juga membuka peluang investasi yang menjanjikan.
“Pasar yang bergejolak sebenarnya memberikan peluang investasi dua arah. Asalkan direspons dengan strategi yang tepat dan pemahaman yang cukup, volatilitas bukanlah ancaman, melainkan kesempatan,” ujar Agung dalam analisisnya, Senin (26/5/2025).

Agung menjelaskan lebih lanjut, meskipun banyak investor global masih mengutamakan pendekatan konservatif dengan prinsip “cash is king”, situasi pasar saat ini justru membuka kesempatan bagi para investor lokal untuk mengakses aset-aset dengan valuasi yang relatif menarik.
Emas, bersama dengan komoditas seperti minyak dan perak, serta pasangan mata uang, tetap menjadi instrumen investasi yang menjanjikan, terutama dalam pasar derivatif.
“Pasar derivatif memungkinkan fleksibilitas posisi baik beli maupun jual, sehingga investor dapat memanfaatkan pergerakan harga secara dinamis,” tambah Agung.
Baca Juga: 7 Jenis Investasi yang Baik Saat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat
Ia menekankan pentingnya pemahaman yang baik terhadap mekanisme pasar derivatif agar risiko investasi dapat diminimalkan.
Meskipun demikian, Agung mengingatkan agar para investor tetap berhati-hati dan cermat dalam mengambil keputusan di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan.
Pengetahuan atau literasi keuangan yang memadai menjadi kunci utama dalam menghadapi risiko kerugian investasi.
“Literasi keuangan harus menjadi fokus utama. Investor perlu memahami betul instrumen yang mereka pilih agar dapat membuat keputusan yang tepat dan mengurangi potensi kerugian,” kata Agung.
Selain literasi, kemampuan memanfaatkan teknologi yang terus berkembang juga menjadi faktor penting.
Agung menyoroti peran kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) sebagai alat bantu dalam analisis pasar, namun ia mengingatkan bahwa teknologi tersebut tidak boleh menggantikan analisis fundamental dan teknikal yang matang.