Meski Diserang, Indonesia Buktikan Hilirisasi Bisa Jalan dengan Bertanggung Jawab

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 04 Juni 2025 | 09:32 WIB
Meski Diserang, Indonesia Buktikan Hilirisasi Bisa Jalan dengan Bertanggung Jawab
Sebagai ilustrasi. ANTARA/HO
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pemerintah mendorong pembangunan smelter untuk mengolah bauksit menjadi alumina, seperti yang dilakukan PT Indonesia Chemical Alumina (ICA) dan PT Borneo Alumina Indonesia (BAI). Hilirisasi berlanjut di PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), produsen aluminium dalam negeri yang menjadi ujung hilir dari rantai pengolahan tersebut.

Meski pengolahan bauksit menjadi aluminium masih menghadapi tantangan seperti kebutuhan energi besar dan ketergantungan teknologi asing, arah kebijakan hilirisasi sudah menunjukkan kemajuan dengan semakin berkurangnya ekspor bijih mentah.

Sementara itu, untuk industri timah Indonesia yang berbasis di Bangka Belitung telah lebihdahulu mencapai tahap pengolahan dan ekspor logam timah olahan (tin ingot). PT Timah Tbkmenjadi pemain utama dalam industri ini, mengelola tambang, smelter, hingga distribusi kepasar global.

Namun, hilirisasi timah masih terbatas pada produk dasar, belum berkembang ke produkturunan bernilai tambah seperti solder atau bahan kimia timah. Tantangan yang dihadapiantara lain maraknya tambang ilegal, kerusakan lingkungan, serta fluktuasi harga global.

Pemerintah terus mendorong industrialisasi lebih lanjut agar potensi ekonomi dari timah dapat dimaksimalkan dan tidak berhenti hanya pada ekspor logam mentah.

Selain dua komoditas tersebut, Indonesia saat ini juga melakukan hilirisasi nikel yang telahdilakukan di sejumlah wilayah. Namun sayangnya, kebijakan hilirisasi nikel Indonesia kerapmendapat serangan dari dunia internasional.

Bahkan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menuding LSM asing menyerang Indonesia menargetkan program hilirisasi.

"Ini yang sedang ditakuti oleh beberapa negara lain. Makanya sekarang banyak LSM yang serang-serang Indonesia menyangkut hilirisasi, serang menyangkut nikel, serang menyangkutbauksit, serang menyangkut timah, karena mereka tahu ini," kata Bahlil, Selasa 3 Juni 2025.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menanggapi perubahan kepemilikan Shell Indonesia. [Suara.com/Fauzi]
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. [Suara.com/Fauzi]

Bahlil menegaskan bahwa hilirisasi terus dilakukan meski banyak pihak yang tidak menyukai.

Baca Juga: Geger! Aktivis Greenpeace Terobos Konferensi Mineral, Wamenlu Sampai...

"Saya sebagai Menteri ESDM sejengkal pun saya tidak akan mundur dari tekanan asing untuk melanjutkan apa yang menjadi hilirisasi," katanya.

Serangan terhadap kebijakan hilirisasi nikel Indonesia bukan tanpa motif. Menurut pengamat hukum energi dari Universitas Tarumanegara, Ahmad Redi, kampanye tersebut merupakan bagian dari perang dagang global.

Negara-negara yang selama ini menikmati ekspor nikel mentah dari Indonesia jelas terganggu dengan keputusan Indonesia menghentikan ekspor sejak 2020.

"Ini adalah bagian dari upaya perang dagang yang secara langsung merugikan negara-negara yang selama ini menikmati bijih nikel Indonesia," ujar Ahmad Redi.

Kebijakan itu memang telah mengubah peta perdagangan dunia, dari ekspor 30 juta ton bijih nikel pada 2019 menjadi nihil pada 2020, karena semuanya difokuskan untuk hilirisasi dalamnegeri.

Dampak kebijakan hilirisasi itu yang kemudian memicu gugatan dari Uni Eropa ke WTO. Bahkan, industri nikel Indonesia terus menerus menghadapi gelombang tekanan asing yang multidimensional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI