Jepang dan Singapura Tertarik Caplok Perbankan Indonesia

Kamis, 05 Juni 2025 | 08:43 WIB
Jepang dan Singapura Tertarik Caplok Perbankan Indonesia
Ilustrasi perbankan. (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa investor asing banyak tertarik untuk investasi di sektor perbankan Indonesia.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengatakan, pihaknya melihat ada ketertarikan dari para investor asing terhadap perbankan Tanah Air. Apalagi, populasi masyarakat Indonesia serta peluang inovasi digital banking dan fintech yang berkembang pesat.

"Saya lihat appetite dari investor asing itu masih ada, mereka hanya menunggu timing. Beberapa sudah menyatakan niat mengakuisisi bank-bank tertentu. Tapi eksekusinya tergantung situasi pasar dan ekonomi global," kata Ediana Rae dalam bincang-bincang bersama Media, Selasa (4/6/025).

Beberapa investor asing seperti Malaysia dan Jepang sangat tertarik dengan perbankan Indonesia. Apalagi, pengembangan bisnis perbankan Indonesia cukup berpotensi besar.

"Tapi kalau kita lihat, Indonesia masih cukup menarik. Bahkan mungkin tertinggi secara return di dunia. Populasi besar, potensi hilirisasi, pengembangan bisnis ritel, dan sebagainya. Saya tangkap itu dari pertemuan dengan bank-bank dari Singapura, Jepang, Malaysia, dan lainnya," katanya.

Untuk itu, OJK terus memantau ketat bank-bank yang tingkat kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR)-nya mendekati batas minimum 10%. Serta meminta bank-bank tersebut untuk segera melakukan penambahan modal dari pemegang saham pengendali atau investor strategis.

“Fluktuasi rasio permodalan dianggap lumrah, namun tetap dalam pengawasan OJK untuk menjaga kesehatan sektor perbankan,”bebernya.

Sebagai informasi, kepemilikan investor asing atas obligasi atau sukuk korporasi di Indonesia sebesar Rp 6,22 triliun per 27 Mei 2025.

Angka ini setara dengan 1,18 persen dari total outstanding obligasi atau sukuk korporasi yang mencapai Rp 528,69 triliun.

Baca Juga: Pertumbuhan Lesu, Bank Indonesia Turunkan Proyeksi Pembiayaan Syariah Tahun Ini

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menjelaskan kepemilikan asing tersebut menunjukkan tren penurunan. Secara tahunan (year-on-year/yoy), kepemilikan asing turun dari Rp 9,74 triliun atau 1,90 persen pada Mei 2024.

Sementara secara year-to-date, jumlahnya juga menurun dari Rp 7,03 triliun atau 1,36 persen pada akhir Desember 2024.

"Total Outstanding Obligasi atau Sukuk Korporasi di Indonesia per 27 Mei 2025 sebesar Rp 528,69 Triliun dimana kepemilikannya didominasi oleh Investor Domestik," katanya.

Sementara itu, untuk surat utang negara (government bonds) dan sukuk, total outstanding per 27 Mei 2025 tercatat sebesar Rp 6.344,07 triliun, di mana kepemilikannya masih didominasi oleh Investor Domestik. Dari jumlah tersebut, investor asing memegang Rp 923,75 triliun atau 14,56 persen

Berbeda dengan obligasi korporasi, kepemilikan asing di government bonds mengalami kenaikan. Pada Mei 2024 lalu, investor asing memegang Rp 806,97 triliun atau 14,05 persen, sedangkan pada akhir Desember 2024 tercatat sebesar Rp 876,64 triliun atau 14,52 persen.

"Kepemilikan asing Government Bond atau Sukuk tersebut apabila dibandingkan secara yoy tercatat naik," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI