Aktivitas pertambangan nikel seringkali menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan, mulai dari deforestasi, kerusakan ekosistem perairan, hingga polusi udara dan air.
Proses pengolahan nikel, terutama metode High-Pressure Acid Leaching (HPAL), menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Selain isu lingkungan, masalah sosial juga menjadi perhatian. Konflik lahan dengan masyarakat lokal, minimnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, serta ketidaksetaraan distribusi manfaat ekonomi menjadi tantangan yang perlu diatasi.
Pemerintah Indonesia terus berupaya menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Penerapan regulasi yang ketat, pengawasan yang efektif, serta komitmen terhadap praktik pertambangan berkelanjutan menjadi kunci untuk memastikan bahwa tambang nikel dapat memberikan manfaat yang optimal bagi negara dan masyarakat, tanpa mengorbankan lingkungan hidup.
Masa depan industri nikel Indonesia bergantung pada kemampuan semua pihak untuk bekerja sama, berinovasi, dan mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan. Dengan demikian, pesona nikel Indonesia dapat bersinar tanpa menimbulkan luka bagi bumi dan masyarakat.