IHSG Hari Ini Diprediksi Menguat Tipis, Wall Street Dihantui Inflasi AS

M Nurhadi Suara.Com
Kamis, 12 Juni 2025 | 07:57 WIB
IHSG Hari Ini Diprediksi Menguat Tipis, Wall Street Dihantui Inflasi AS
Arsip-Aktivitas pelaku pasar modal di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perdagangan global pada Rabu (11/6/2025) (Kamis, waktu WIB) menunjukkan dinamika yang kontras antara pasar saham Barat dan Asia. Sementara Wall Street ditutup melemah di tengah kekhawatiran inflasi dan perkembangan kesepakatan dagang AS-China, bursa saham Asia-Pasifik justru menguat didorong optimisme perundingan yang berjalan produktif. Situasi ini mencerminkan kompleksitas faktor ekonomi makro dan geopolitik yang terus mempengaruhi sentimen investor.

Indeks-indeks utama Wall Street mengakhiri perdagangan Rabu (11/6/2025) dengan pelemahan. Indeks S&P 500 turun 0,27%, Nasdaq Composite melemah 0,5%, dan Dow Jones Industrial Average mencatatkan penurunan tipis 1,1 poin. Pelemahan ini sebagian besar dipicu oleh data inflasi terbaru dan reaksi pasar terhadap perkembangan negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China.

Di tengah pelemahan pasar AS, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat tipis pada hari ini, Kamis (12/6/2025). Namun demikian, analis BNI sekuritas dalam kajian harian mengungkapkan, hal ini tergantung pada mampu atau tidaknya pasar dalam mempertahankan posisi di atas support 7200. 

Data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS menunjukkan kenaikan 0,1% pada Mei dibandingkan bulan April, sedikit lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memprediksi kenaikan 0,2%. Sementara itu, CPI inti, yang tidak memasukkan komponen makanan dan energi, juga naik 0,1%, di bawah perkiraan. Meskipun angka inflasi ini lebih rendah dari ekspektasi, pasar tetap menunjukkan kehati-hatian, mungkin karena kekhawatiran terhadap tekanan inflasi jangka panjang atau implikasinya terhadap kebijakan moneter Federal Reserve.

Di sisi lain, perkembangan dalam perundingan dagang AS-China turut mempengaruhi sentimen investor. Setelah dua hari pembicaraan di London, pejabat kedua negara tersebut dikabarkan telah mencapai kerangka kesepakatan awal. Namun, implementasi kesepakatan ini masih menunggu persetujuan akhir dari Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Dalam kerangka kesepakatan tersebut, China disebut akan mengizinkan ekspor logam langka, sedangkan AS akan mencabut sebagian pembatasan ekspor teknologi tinggi ke China.

Meski demikian, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menegaskan bahwa tarif AS terhadap produk China tidak akan berubah dalam waktu dekat, mengindikasikan bahwa sebagian hambatan perdagangan masih akan tetap ada. Presiden Trump melalui unggahan di Truth Social menyatakan bahwa kesepakatan dagang sudah "selesai" di tingkat negosiator, tinggal menunggu persetujuan akhir dari dirinya dan Presiden Xi.

Trump juga menyebutkan bahwa China akan segera memasok magnet dan logam langka, sementara AS akan kembali membuka akses bagi mahasiswa China ke universitas-universitas AS. Secara provokatif, Trump menulis dengan huruf kapital, "KITA MENDAPATKAN TARIF TOTAL 55%, CHINA MENDAPATKAN 10%," yang mungkin merujuk pada rasio tarif secara keseluruhan atau perbandingan tertentu yang menguntungkan AS.

Bursa Asia Menguat di Tengah Optimisme Perundingan Dagang

Berbanding terbalik dengan Wall Street, pasar saham Asia-Pasifik menunjukkan penguatan pada Rabu (11/6). Optimisme investor terhadap kemajuan dalam perundingan dagang antara AS dan China menjadi pendorong utama penguatan ini. Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick sebelumnya menyebut bahwa diskusi perdagangan antara kedua negara berjalan secara "produktif."

Baca Juga: Sritex Pailit, Eks Dirut Jadi Tersangka Korupsi, Sahamnya Bakal Didepak dari Bursa

Pembicaraan tersebut berlanjut untuk hari kedua di London pada Selasa waktu setempat. Meskipun Menteri Keuangan AS Scott Bessent telah meninggalkan forum, Lutnick bersama Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer masih melanjutkan negosiasi. Lutnick bahkan menyampaikan bahwa diskusi dapat diperpanjang hingga Rabu jika diperlukan, menunjukkan keseriusan kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan.

Penguatan terlihat di berbagai bursa utama Asia:

Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,55%.
Indeks Topix Jepang naik 0,09%.
Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 1,23%.
Indeks Kosdaq Korea Selatan meningkat 1,96%.
Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,06%.
Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,84%.

Optimisme ini mengindikasikan harapan pasar Asia bahwa kesepakatan dagang akan tercapai, yang berpotensi mengurangi ketidakpastian dan mendukung pertumbuhan ekonomi global.

Secara teknis, IHSG masih memiliki potensi untuk melanjutkan kenaikan selama mampu mempertahankan posisi di atas support 7200. Level support krusial bagi IHSG berada di kisaran 7150-7200, menunjukkan area di mana tekanan beli kemungkinan akan muncul untuk menopang indeks. Sementara itu, level resist IHSG yang perlu diperhatikan berada di kisaran 7260-7300, yang merupakan area di mana tekanan jual diperkirakan akan muncul dan dapat menghambat kenaikan lebih lanjut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI