Sertifikat ISPO diberikan kepada pelaku usaha yang telah memenuhi prinsip keberlanjutan, sedangkan lembar transaksi memuat informasi keterlacakan produk dalam rantai pasok, termasuk lokasi lahan dan pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi.
Informasi tersebut digambarkan melalui traceability tree dan peta lahan bersertifikasi, memberikan jaminan legalitas dan keberlanjutan produk kepada pembeli di pasar internasional.
Di hadapan peserta forum internasional, Sandry menutup sambutannya dengan menyampaikan harapan bahwa kehadiran sistem ISPO dan SI-ISPO dapat memperkuat posisi Indonesia dalam memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia secara berkelanjutan.
"Dengan tata kelola yang baik, sistem informasi yang modern, serta dukungan dari semua pihak, kami optimistis produk kelapa sawit Indonesia akan semakin diterima dan dipercaya di pasar global," pungkasnya.
Industri kelapa sawit merupakan salah satu penopang utama perekonomian Indonesia, menyumbang devisa besar melalui ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya.
Selain menjadi sumber pendapatan negara, sektor ini juga menyediakan lapangan kerja bagi jutaan masyarakat. Namun, industri sawit menghadapi tantangan global terkait isu lingkungan dan keberlanjutan.
Untuk menjawab hal tersebut, pemerintah menerapkan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) guna memastikan praktik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dengan tata kelola yang transparan dan dukungan teknologi seperti SI-ISPO, Indonesia terus mendorong penerimaan positif kelapa sawit di pasar internasional.
Baca Juga: PalmCo Pacu Kinerja Hijau, 90 Persen Unit Sudah Kantongi Proper Biru