BI Terus Beri Amunisi Senilai Rp 376 Triliun untuk Likuiditas Perbankan

Kamis, 17 Juli 2025 | 07:46 WIB
BI Terus Beri Amunisi Senilai Rp 376 Triliun untuk Likuiditas Perbankan
Ilustrasi Bank Indonesia. [Suara.com]

Suara.com - Bank Indonesia (BI) terus memberikan amunisi untuk likuiditas perbankan, demi pertumbuhan kredit pada pertengahan tahun melambat.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, langkah jni memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan. Hingga minggu pertama Juli 2025, total insentif KLM mencapai Rp 376 triliun.

Rincian yang disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp 167,1 triliun, bank BUSN sebesar Rp 166,7 triliun, BPD sebesar Rp 36,8 triliun, dan KCBA sebesar Rp 5,8 triliun.

"Secara sektoral, insentif tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas yakni pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta UMKM, Ultra Mikro, dan hijau," katanya seperti dikutip Youtube BI, Kamis (17/7/2025).

Ke depan, kebijakan KLM akan terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan melalui optimalisasi insentif pada sektor yang berkontribusi tinggi, terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja serta selaras dengan program-program Asta Cita Pemerintah

Selain itu, kredit perbankan perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Kredit perbankan pada Juni 2025 tumbuh sebesar 7,77 persen (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan Mei 2025 sebesar 8,43 persen (yoy).

BI berikan obat kuat untuk likuiditas perbankan
Ilustrasi BI berikan obat kuat untuk likuiditas perbankan

Dari sisi penawaran, perkembangan ini dipengaruhi oleh perilaku bank yang cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit, di tengah DPK yang tumbuh meningkat menjadi 6,96 persen (yoy) pada Juni 2025.

Perkembangan ini mengakibatkan bank cenderung menempatkan pada surat-surat berharga dan meningkatkan standar penyaluran kredit (lending standard).

Dari sisi permintaan, perkembangan kredit ini juga dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi yang perlu terus didorong.

Baca Juga: Indonesia Kena Tarif Trump 19 Persen, Gubernur BI: Bagus

Berdasarkan penggunaan, kredit investasi, kredit konsumsi, dan kredit modal kerja masing-masing tumbuh sebesar 12,53 persen (yoy), 8,49 persen (yoy), dan 4,45 persen (yoy) pada Juni 2025.

Berdasarkan sektor, kredit sektor Perdagangan, Pertanian, dan Jasa Dunia Usaha perlu ditingkatkan untuk mendukung pembiayaan ekonomi.

Pembiayaan syariah tumbuh sebesar 8,37 persen (yoy), sedangkan pertumbuhan kredit UMKM masih rendah sebesar 2,18 persen (yoy).

Ke depan, Bank Indonesia akan terus mendorong penyaluran kredit perbankan, termasuk melalui kebijakan makroprudensial yang akomodatif.

Bank Indonesia juga akan terus mempererat koordinasi dengan KSSK untuk mendorong pertumbuhan kredit dalam mendukung pembiayaan ekonomi.

Dengan perkembangan dan arah kebijakan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2025 berada dalam kisaran 8-11 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI