Suara.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut terdapat perusahaan asal Rusia yang kepincut untuk berinvestasi di sektor mineral dan batu bara (minerba) dalam negeri.
Hal ini setelah Kementerian ESDM, bertemu dengan perwakilan dengan perusahaan rusia itu di Jakarta. Sayangnya, Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM, Tri Winarno tak secara gamblang mengungkapkan sosok perusahaan Rusia ini.
Nantinya, perusahaan asal Negeri Beruang Merah itu akan melakukan eksplorasi di minerba dalam negeri, sembari mencari peluang bisnis di Indonesia.
![Ilustrasi tambang batu bara. [Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/02/08/48936-ilustrasi-tambang-batu-bara-istimewa.jpg)
"Jadi cuma peluang saja nanya peluang. Nikel oke, batu bara oke, emas oke, kan nanya boleh," ujar Tri di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, yang dikutip Jumat (8/8/2025).
Untuk diketahui, kerja sama energi Indonesia dengan Rusia ini mencuat setelah Presiden Prabowo Subianto melawat ke Istana Presiden Vladimir Putin
Dalam kunjungan Prabowo itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut, RI membuka peluang untuk membuka keran impor minyak dan gas (migas) dari negeri beruang merah tersebut.
Menurut Bahlil, rencana impor migas itu tengah dibahas tim Kementerian ESDM dengan Tim dari Rusia dalam waktu dekat ini.
"Penjajakan ini sudah kita lakukan, saya besok rapat dengan tim dari Rusia, dari pengusaha-pengusaha BUMN-nya Rusia yang akan datang ke Indonesia, mulai besok saya rapat maraton. Artinya potensi itu ada," kata Bahlil.
Sementara Indonesia, sebut Bahlil, akan mendapatkan tekologi-teknologi dari Rusia untuk mengolah sumur-sumur migas tua. Sebab, Ketua Umum Partai Golkar ini melihat, Rusia memiliki banyak pengalaman di bidang migas.
Baca Juga: Ilusi Data BPS: Benaran atau Pesanan?
"Kita mempunyai sumur ada, tapi kita punya teknologi, harus kita butuh belajar dan kolaborasi," beber dia.
Bahlil mengklaim, kerja sama RI dengan Rusia ini sama-sama menguntungkan. Apalagi, Mantan Menteri Investasi/Kepala BKPM ini bilang, Indonesia menganut politik bebas aktif, di mana terbuka lebar untuk negara manapun untuk bekerja sama, asalkan bisa saling menguntungkan.
"Dalam konteks saling menguntungkan. Sekali lagi, Indonesia menganut asas politik bebas aktif, tapi juga dalam konteks ekonomi menganut asas ekonomi bebas aktif. Artinya, kita tidak terikat pada satu negara manapun, selama itu menguntungkan dan sama-sama menguntungkan," kata dia.