Perhatian pasar saat ini tertuju pada sejumlah agenda penting di tingkat global. Salah satunya adalah perkembangan dari pertemuan antara para pemimpin negara besar yang berpotensi memengaruhi stabilitas.

Kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, juga menjadi faktor krusial.
Arah suku bunga acuan The Fed dapat menentukan daya tarik emas sebagai instrumen investasi.
Ketika suku bunga acuan naik, investor cenderung beralih ke aset berbasis bunga.
Hal ini dapat mengurangi permintaan terhadap emas yang tidak menawarkan imbal hasil berupa bunga.
Sebaliknya, jika terdapat sinyal bahwa suku bunga akan dipangkas, emas akan kembali menjadi lebih menarik.
Investor akan kembali memburu emas untuk melindungi nilai aset mereka.
Nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lainnya juga sangat berpengaruh.
Pelemahan dolar AS biasanya akan membuat harga emas, yang diperdagangkan dalam dolar, menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain.
Baca Juga: Emas Antam Naik Tipis, Hari Ini Dibanderol Rp 1.897.000 per Gram
Kondisi inilah yang kemudian dapat mendorong permintaan dan menaikkan harga emas global. Oleh karena itu, investor emas perlu mencermati pergerakan nilai tukar.
Secara keseluruhan, kenaikan tipis pada hari ini menunjukkan bahwa pasar masih dinamis. Fluktuasi harga dalam rentang yang sempit adalah hal yang wajar terjadi.
Bagi investor jangka panjang, fluktuasi harian seperti ini mungkin tidak terlalu berdampak signifikan. Namun, bagi pedagang jangka pendek, setiap perubahan harga menjadi informasi yang sangat berharga.
Melihat data historis dapat memberikan gambaran yang lebih luas mengenai tren pergerakan harga emas. Ini membantu investor dalam membuat keputusan yang lebih terinformasi.
Perbandingan Harga Emas Antam (per Gram)
Tanggal | Harga Jual | Harga Beli |
19 Agustus 2025 | Rp 1.896.000 | Rp 1.742.000 |
18 Agustus 2025 | Rp 1.894.000 | Rp 1.740.000 |
17 Agustus 2025 | Rp 1.896.000 | Rp 1.742.000 |