- Harga perak stabil di level US$48 per ons (7/10/2025), didukung permintaan tinggi dari sektor energi bersih dan elektronik.
- Kontras dengan emas yang mencetak rekor, perak masih mengejar rekor harga historisnya.
- Ketahui kombinasi faktor permintaan industri, keterbatasan pasokan, dan sentimen pemangkasan suku bunga yang mendorong penguatan perak.
Suara.com - Logam mulia perak terus menunjukkan tren penguatan harga, meskipun kenaikannya belum sekuat lonjakan harga emas yang sedang menuju rekor tertinggi sejak tahun 1979.
Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (7/10/2025) pukul 10.27 WIB, harga perak kontrak terakhir terpantau stabil di kisaran US$48 per ons.
Sebagai perbandingan, harga emas spot saat ini sedikit tidak berubah di level US$3.963,95 per ons.
Kenaikan harga perak didorong oleh kombinasi beberapa faktor fundamental yang kuat, mulai dari sisi permintaan industri hingga sentimen investasi global.
Pendorong Utama Kenaikan Harga Perak
Kenaikan harga perak diperkirakan disebabkan oleh tiga faktor utama: permintaan yang melonjak, keterbatasan pasokan, dan faktor investasi:
1. Permintaan Industri dari Teknologi Bersih
Perak bukan hanya aset investasi, aset logam mulia ini juga merupakan logam industri esensial. Sifat fisiknya yang unik menjadikannya komoditas vital dalam produksi teknologi canggih:
- Energi Bersih: Kebutuhan perak di sektor energi bersih, khususnya untuk pembuatan panel surya, menjadi pendorong utama permintaan jangka panjang.
- Elektronik & Otomotif: Perak digunakan secara intensif dalam pembuatan kendaraan listrik, antena 5G, dan berbagai produk elektronik lainnya, yang membuat permintaan industrinya terus menguat.
2. Keterbatasan Pasokan Global
Baca Juga: Bank Indonesia Dikabarkan Jual Cadangan Emas Batangan 11 Ton, Buat Apa?
Pasar perak saat ini menghadapi defisit suplai yang berkelanjutan, di mana produksi tambang global belum mampu mengimbangi lonjakan permintaan:
- Defisit Produksi: Keterbatasan pasokan terjadi karena hasil dari tambang di seluruh dunia belum mencukupi kebutuhan.
- Gangguan Operasional: Masalah produksi, seperti pemogokan pekerja tambang, pemadaman listrik di lokasi tambang utama, dan gangguan pada pabrik peleburan di beberapa negara produsen, turut memperburuk krisis pasokan.
3. Sentimen Investasi dan Kebijakan Moneter
- Safe Haven & Geopolitik: Sama seperti emas, perak menarik minat investor sebagai aset "tempat berlindung yang aman" (safe haven) saat ketidakpastian ekonomi atau ketegangan geopolitik meningkat.
- Prospek Suku Bunga: Potensi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral global, terutama Federal Reserve (The Fed), mengurangi biaya peluang untuk memegang aset seperti perak (yang tidak memberikan imbal hasil), sehingga membuatnya lebih menarik di mata investor.
- Efek Emas: Meskipun perak belum mengikuti kecepatan kenaikan emas, perak sering kali menunjukkan pola yang serupa. Karena pasar perak yang lebih kecil dan likuiditas yang lebih rendah dibanding emas, pergerakan harganya kadang bisa melonjak lebih cepat ketika sentimen positif memasuki pasar.
Meskipun menunjukkan penguatan yang menjanjikan, perak merupakan salah satu dari sedikit komoditas yang rekor harga termahal yang terjadi pada medio tahun 1970-an dan 1980-an.
Rekor harga perak di pasar London, yang menjadi tolok ukur global, melalui mekanisme lelang ditetapkan pada 18 Januari 1980 sebesar US$49,45 per ons.
Sebagai perbandingan, rekor harga perak tertinggi yang tersedia dalam catatan harga intraday pasar London sejak 1993 adalah US$49,8044 per ons, yang dicapai pada 25 April 2011.
Investor yang memantau perak saat ini sedang mencermati apakah kombinasi permintaan industri yang kuat dan sentimen safe-haven akan mampu mendorong logam ini untuk memecahkan rekor harga yang telah bertahan selama lebih dari empat dekade tersebut.