Resiko Geopolitik Dongkrak Harga Minyak Indonesia ke 66,81 Dolar AS

Jum'at, 17 Oktober 2025 | 12:34 WIB
Resiko Geopolitik Dongkrak Harga Minyak Indonesia ke 66,81 Dolar AS
Ilustrasi harga minyak mentah Indonesia. [Shutterstock]
Baca 10 detik
  • Harga ICP naik ke 66,81 USD per barel pada September 2025.

  • Kenaikan dipicu risiko geopolitik Rusia-Ukraina dan Timur Tengah.

  • Permintaan global naik, tapi pasokan OPEC+ juga meningkat

Suara.com - Harga minyak mentah Indonesia mengalami kenaikan, yang disebabkan dinamika geopolitik dunia.

Berdasarkan rilis terbaru yang ditetapkan Kementerian ESDM, harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) bulan September 2025 sebesar 66,81 per barel Dolar AS, naik sebesar 0,73 Dolar AS per barel dari ICP Agustus 2025 yang ditetapkan sebesar 66,07 per barel Dolar AS.

Ketetapan harga itu tercantum dalam surat Keputusan Menteri ESDM Nomor 336.K/MG.03/MEM.M/2025 tentang Harga Minyak Mentah Bulan September 2025 yang ditandatangani pada 8 Oktober 2025.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman menjelaskan, kenaikan ICP September 2025 juga bersamaan dengan naiknya Brent (ICE) dan Basket OPEC.

Hal itu kata Laode dipengaruhi dinamika geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

"Ini dipengaruhi oleh peningkatan risiko geopolitik Rusia-Ukraina yang menyebabkan kekhawatiran gangguan pasokan," kata Laode dikutip Suara.com dari laman Kementerian ESDM pada Jumat (17/10/2025).

Asap mengepul setelah serangan rudal Rusia menghantam sebuah gudang di pinggiran kota Kyiv, Ukraina, kamis (24/3/2022). [FADEL SENNA / AFP]
Asap mengepul setelah serangan rudal Rusia menghantam sebuah gudang di pinggiran kota Kyiv, Ukraina, kamis (24/3/2022). [FADEL SENNA / AFP]

Dijelaskan, sejak Juni lalu, serangan Ukraina mengakibatkan 17 persen kilang minyak milik Rusia tidak bisa beroperasi.

Situasi tersebut semakin diperparah sikap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang mengajak Uni Eropa untuk mengenakan tarif hingga 100 persen, kepada Cina dan India demi meningkatkan biaya ekonomi dan memaksa Rusia mengakhiri perang.

Faktor lainnya, peningkatan geopolitik di Timur Tengah. Situasi itu menyeret Brent dan Basket OPEC turut menguat.

Baca Juga: Penambang Kini Lebih Tenang, Sumur Minyak Rakyat Diatur

Selain itu, International Energy Agency (IEA) juga merevisi proyeksi kenaikan tingkat pertumbuhan permintaan minyak tahun 2025 secara year-on-year (y-o-y) menjadi 740 ribu barel per hari di bulan ini, lebih tinggi dari publikasi bulan lalu sebesar 680 ribu barel per hari.

Di tengah kenaikan harga itu, situasi berbeda justru terjadi pada beberapa harga minyak utama dunia seperti Dated Brent dan WTI (Nymex) yang mengalami penurunan. Penyebabnya peningkatan pasokan dari OPEC+.

OPEC+ dilaporkan menyepakati tambahan suplai mulai Oktober 2025 sebesar 137 ribu barel per hari, sementara produksi bulan Agustus naik 509 ribu barel per hari, terutama dari Arab Saudi dan Irak.

Di kawasan Asia Pasifik, perubahan harga minyak mentah juga dipengaruhi peningkatan harga Crack Naphta Asia, rencana perawatan sejumlah kilang di Timur Tengah, dan potensi peningkatan minyak di India pasca berakhirnya musim hujan.

Adapun perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama pada September 2025 dibandingkan Agustus 2025 mengalami perubahan sebagai berikut:

  • Dated Brent turun sebesar 0,19 Dolar AS/barel dari 68,21 Dolar AS/barel menjadi 68,02 Dolar AS/barel.
  • WTI (Nymex) turun sebesar 0,49 Dolar AS/barel dari 64,02 Dolar AS/barel menjadi 63,53 Dolar AS/barel.
  • Brent (ICE) naik sebesar 0,31 Dolar AS/barel dari 67,26 Dolar AS/barel menjadi 67,58 Dolar AS/barel.
  • Basket OPEC naik sebesar 0,72 Dolar AS/barel dari 69,73 Dolar AS/barel menjadi 70,45 Dolar AS/barel.
  • Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia naik sebesar 0,73 Dolar AS/barel dari 66,07 Dolar AS/barel menjadi 66,81 Dolar AS/barel. (DKD)

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI