Harga Minyak Dunia Mulai Mendidih Lagi, Imbas Ketegangan AS-China

Senin, 13 Oktober 2025 | 15:07 WIB
Harga Minyak Dunia Mulai Mendidih Lagi, Imbas Ketegangan AS-China
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. [ist]
Baca 10 detik
  • Harga minyak mentah dunia melonjak kembali setelah berada di titik terendah. 

  • Minyak Brent naik 1,39 persen menjadi USD 63,60 per barel pagi ini. 

  • Kenaikan dipicu harapan perundingan meredakan ketegangan dagang AS-China.

Suara.com - Harga minyak mentah dunia mulai melonjak kembali pada perdagangan, Senin, 13 Oktober 2025, setelah berada pada level terendah dalam lima bulan terakhir .

Mengutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik 87 sen, atau 1,39 persen, menjadi USD 63,60 per barel pada pukul 00.45 GMT setelah turun 3,82 persen pada hari Jumat (10/10/2025) ke level terendah sejak 7 Mei.

Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berada pada USD 59,77 per barel, naik 87 sen, atau 1,48 persen, setelah turun 4,24 persen dan mencapai titik terendah sejak 7 Mei.

Ilustrasi harga minyak dunia meningkat. (Shutterstock)
Ilustrasi harga minyak dunia meningkat. (Shutterstock)

Kenaikan harga minyak dunia dipicu harapan investor terhadap potensi perundingan antara presiden Amerika Serikat dan China.  

Sebagaimana dilaporkan pekan lalu, hubungan dagang antara AS dengan China kembali memanas. Hal itu disebabkan China yang memperluas kontrol ekspor logam tanah jarang. 

Langkah itu kemudian direspons Presiden AS, Donald Trump pada Jumat (10/10) dengan mengenakan tarif 100 persen pada ekspor China ke AS, beserta dengan kontrol ekspor baru atas 'setiap dan semua perangkat lunak penting' paling lambat tanggal 1 November.

Ketegangan dagang antara kedua negara itu pun terjadi menjelang kemungkinan pertemuan antara Trump dengan Presiden China, Xi Jinping pada sela-sela forum Kerja sama Ekonomi-Asia Pasifik (APEC) di Korea Selatan. 

Analis dari Goldman Sachs menyebutkan bahwa pasar saat ini menantikan kepastian kebijakan tarif dan kontrol diterapkan atau hanya menjadi strategi negosiasi. 

"Skenario yang paling mungkin adalah kedua belah pihak menarik kembali kebijakan yang paling agresif dan perundingan mengarah pada perpanjangan lebih lanjut - dan mungkin tanpa batas waktu - dari jeda eskalasi tarif yang dicapai," kata analis tersebut.

Baca Juga: Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI