Waduh, Potensi Kerugian Akibat Serangan Siber Tembus Rp 397,26 Kuadriliun

Rabu, 12 November 2025 | 09:04 WIB
Waduh, Potensi Kerugian Akibat Serangan Siber Tembus Rp 397,26 Kuadriliun
Ilustrasi Ancaman kejahatan siber [ANTARA]
Baca 10 detik
  • Kejahatan siber di sektor keuangan digital diproyeksikan menyebabkan kerugian global hingga USD 23,8 triliun (Rp 397 kuadriliun) pada 2027.

  • Modus serangan makin canggih, termasuk middleware attack, account takeover, dan social engineering.

  • BI menekankan pentingnya penguatan sistem deteksi fraud, autentikasi kuat, dan literasi digital untuk menekan risiko kejahatan siber

Suara.com - Kejahatan siber terhadap layanan keuangan digital masih mengancam masyarakat Indonesia.

Adapun, ancaman ini banyak memberikan kerugian pada nasabah pengguna layanan keuangan digital.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta mengungkapkan, potensi kerugian akibat kejahatan tersebut dapat mencapai 23,8 triliun Dolar AS atau setara Rp 397,26 kuadriliun hingga 2027.

Hal ini berdasarkan data International Monetary Fund (IMF) dan Federal Bureau of Investigation (FBI), proyeksi potensi kerugian global akibat kejahatan fraud dan serangan siber melonjak dari angka 8,4 triliun Dolar AS pada 2022 menjadi 23,8 triliun Dolar AS pada 2027.

“Akibat kejahatan sumber akan melonjak dari 8,4 triliun dolar pada 2022 akan menjadi 23,5 triliun dolar di 2027,” ujarnya, di Jakarta, Selasa (12/11/2025).

Dia pun membeberkan beberapa jenis serangan siber pun semakin cangih. Salah satunya modus middleware attack, account takeover, synthetic ID, inflation driven attack, hingga social engineering yang menargetkan masyarakat.

"Karena itu pengelolaan risiko fraud dan cyber harus dilakukan secara comprehensive dan kolaboratif. Industri perlu untuk memperkuat fraud detection system, strong authentication, serta menerapkan prinsip know your person atau know your customer (KYC)," tuturnya.

Sementara itu, kapasitas manejemen risiko dari pelaku industri masih belum merata dan ketergantungan pada penyedia teknologi pihak ketiga juga meningkatkan kompleksitas dan pengendalian risiko.

"Nah dari sisi demand kita lihat perluasan layanan hingga ke masyarakat akan menghadirkan tatangan baru. Paling tidak, satu, kita lihat ada rendahnya literasi digital. Kedua, meningkatnya potensi penyalahgunaan data pribadi. Ketiga, pemanfaatan AI oleh pelaku kejahatan juga memperparah risiko itu,” pungkasnya.

Baca Juga: Permintaan Naik, BI Prediksi Penjualan Eceran Kian Meningkat Akhir 2025

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI