-
Hanya 19% masyarakat Indonesia yang menyadari pentingnya dana darurat untuk menghadapi kejadian tak terduga dan masa pensiun.
-
Dana darurat sebaiknya ditempatkan pada instrumen investasi yang mudah dicairkan seperti reksa dana pasar uang, deposito, atau emas.
-
Generasi muda dan investor pemula perlu meningkatkan literasi keuangan agar bijak dalam memilih produk investasi dan tidak tertipu
Suara.com - Dana darurat perlu dipersiapkan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi yang belum stabil.
Apalagi, masyarakat Indonesia masih rendah yang memiliki uang simpanan untuk menikmati pensiunan.
Certified Financial Planner & Co-founder Daya Uang, Lolita Setyawati menyebutkan, baru 19 persen masyarakat Indonesia yang menyadari bahwa dana darurat sangat penting.
Terlebih uang simpanan ini bisa digunakan saat kejadian tidak terduga.
"Kita perlu dana darurat apalagi 19 persen masyarakat Indonesia 19 persen yang baru punya dana darurat. Dana darurat fungsinya untuk emergency," katanya Youth Economic Summit (YES) 2025 di Radio Republik Indonesia (RRI), Jakarta Pusat, Sabtu (15/11/2025).
Menurut dia, simpanan khusus ini bisa digunakan untuk pengeluaran tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau biaya medis mendadak, yang harus mudah dicairkan. Sehingga, investasi perlu untuk mendapatkan dana darurat.
"Pilihlah dana darurat yang gampang di akses sifatnya likuid dan mudah diakses jika ingin dicairkan lebih cepat," jelasnya.
Untuk itu, beragam jenis investasi yang banyak dipilih dalam menjadikan dana darurat. Salah satunya dengan berinvestasi di pasar modal hingga emas.
"Bisa reksa dana pasar uang deposito per bulan atau kesukaan ibu-ibu emas. Jenis investasi ini paling banyak yang dipilih sebagai dana darurat," bebernya.
Baca Juga: Youth Economic Summit 2025: Ekonomi Hijau Perlu Diperkuat untuk Buka Investasi di Indonesia
Namun, reksa dana menjadi pilihan yang tepat dijadikan sebagai dana darurat dibandingkan emas. Sebab, reksa dana memiliki risiko yang rendah dan mudah dicairkan.
"Saya menyarankan reksa dana pasar uang akesenya lebih liquid karena imbal hasilnya bisa dipastikan dan aman juga dan punya profil risiko low risk dan kompetitif," jelasnya.
Selain itu, dia pun juga memberikan saran kepada investor pemula termasuk generasi muda yang ingin berinvestasi agar meningkatkan literasi keuangan. Agar produk investasi yang dipilih tidak merugikan.
"Jadi generasi muda itu perlu memahami literasi keuangan belum cukup. Untuk itu bisa mencari sumber untuk bisa belajar financial planning yang benar dan bisa di saring akuratnya agar tidak tertipu," bebernya.
Untuk itu, dia pun menutup agar generasi muda bisa bijak memilih investasi yang tepat. Apalagi, dana darurat sangat penting untuk keuangan masa depan.
"Jadi pas usia udah selesai bekerja ada dana untuk pensiunan. Pastikan income saat usia muda masih aktif," tegasnya.
Youth Economic Summit (YES) 2025 yang diselenggarakan CORE Indonesia berkolaborasi dengan Suara.com dengan mengusung tema "The New Economy Generation: Sustain, Scale, Succed.

Tema ini juga menghadirkan diskusi mengenai pemahaman literasi keuangan hingga jenis investasi untuk memiliki dana darurat.
Adapun, forum inspiratif yang mempertemukan para pemuda, akademisi, dan praktisi ekonomi untuk memperkuat peran generasi muda dalam akselerasi transformasi ekonomi nasional.
Selain itu, YES 2025 juga akan menampilkan program Youth Empowerment Talk (YET), yang fokus pada literasi keuangan, investasi, dan kewirausahaan.
Tiga pembicara inspiratif, yaitu Lolita Setyawati (Co-founder Daya Uang), Ni Putu Kurniasari (COO Bareksa), dan Arky Gilang (CEO Greenprosa) akan memberikan wawasan praktis untuk mendorong kemandirian finansial generasi muda.
Acara berlanjut dengan peluncuran buku “Ruang Gagasan” dan sesi panel bertema “Indonesia at a Crossroads: Empowering Youth to Accelerate Economic Transformation”, yang menghadirkan narasumber muda dari berbagai bidang, diantaranya Yusuf R. Manilet dan Azhar Syahida dari CORE Indonesia, Dipo Satria Ramli dari Universitas Indonesia, dan Jeany Hartriani dari Katadata Green.