Rupiah Dibuka Keok Lawan Dolar Amerika Serikat

Senin, 17 November 2025 | 09:35 WIB
Rupiah Dibuka Keok Lawan Dolar Amerika Serikat
Ilustrasi petugas menunjukkan mata uang Dolar AS di tempat penukaran uang. [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Rupiah dibuka melemah ke Rp16.726 per dolar AS, turun 0,11 persen dari penutupan sebelumnya.

  • Sejumlah mata uang Asia juga melemah, dengan Won Korea Selatan mencatat pelemahan terdalam.

  • Tren depresiasi turut dialami Ringgit, Yen, Baht, Dolar Hong Kong, Peso Filipina, Dolar Singapura, dan Yuan China

Suara.com - Nilai tukar Rupiah dibuka melemah pada hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah di pasar Senin (17/11/2025) dibuka di level Rp 16.726 per Dolar Amerika Serikat (AS).

Alhasil, Rupiah makin merosot 0,11 persen dibanding penutupan pada Jumat yang berada di level Rp 16.707 per Dolar AS.

Beberapa mata uang Asia lainnya juga bergerak fluktuatif. Salah satunya, Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 0,31 persen.

Disusul, Ringgit Malaysia yang ambles 0,21 persen. Berikutnya, Yen Jepang yang tergelincir 0,03 persen,

Diikuti, Baht Thailand dan dolar Hongkong yang sama-sama cenderung melemah di pagi ini.

Selanjutnya ada Peso Filipina yang terkoreksi 0,16 persen dan Dolar Singapura yang turun 0,15 persen. Lalu ada Yuan China yang terdepresiasi 0,1 persen.

Ilustrasi emas  (Unsplash)
Ilustrasi emas (Unsplash)

Dalam hal ini, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan Rupiah ini disebabkan oleh dua faktor yakni dari global maupun domestik.

Salah satunya dari global dipengaruhi ileg suasana pasar yang secara umum konstruktif setelah kesepakatan untuk mengakhiri penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS) meredam minat untuk kenaikan harga emas lebih lanjut.

Investor kini berfokus pada rilis data ekonomi AS yang tertunda yang akan kembali dirilis seiring dengan dimulainya kembali operasi federal, yang diperkirakan dapat mempertajam ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve (Fed) pada bulan Desember.

Baca Juga: Purbaya Lempar ke BI soal Wacana Redenominasi Rupiah: Kemenkeu Tak Ada Strategi

Lalu, prospek dovish The Fed membebani Dolar AS (USD) dan menjaga imbal hasil Treasury tetap rendah, membatasi penurunan logam non-imbal hasil.

"Sentimen pasar secara keseluruhan juga tetap condong ke arah positif untuk Emas, dengan pendorong makro dan struktur teknis mendukung tren bullish yang sedang berlangsung," katanya.

Sedangkan dari sisi domestik disebabkan oleh Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto, dipandang menjadikan disiplin fiskal dan stabilitas makro sebagai fondasi utama penguatan ekonomi Indonesia pada 2025.

Arah kebijakan ekonomi Prabowo telah membawa Indonesia menjadi salah satu kekuatan baru di Asia.

Apalagi, memasuki tahun 2025 dengan kondisi makroekonomi yang solid dan stabil.

Doktrin stabilitas makroekonomi Prabowo yang mengkombinasikan kehati-hatian fiskal, pengendalian inflasi, serta ekspansi industri jangka panjang telah mendorong proyeksi pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5 persen hingga 5,8 persen.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI