- UU PDP menuntut kedaulatan data; Peruri dorong ekosistem Blockchain untuk kepercayaan digital.
- Peruri hadir di Bali Blockchain Summit 2025, matangkan keamanan dan identitas digital nasional.
- Blockchain kunci implementasi UU PDP sejati: menjamin keaslian, keamanan, dan privasi warga.
Suara.com - Pemberlakuan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) menuntut revolusi dalam pengelolaan data nasional. Bukan sekadar kepatuhan regulasi, namun diperlukan sistem yang secara fundamental mengembalikan kedaulatan data kepada warga.
Peruri sebagai BUMN pun mendapat mandat untuk membangun ekosistem kepercayaan digital berbasis teknologi Blockchain.
Komitmen tersebut diusung Peruri dalam ajang internasional Bali Blockchain Summit (BBS) 2025 di Denpasar, Bali, akhir Oktober lalu. Acara yang bertema "Blockchain for Protection and Sustainability" ini menjadi forum kolaborasi strategis antara pemerintah, industri, dan komunitas hacker digital.
Dalam sesi panel bertajuk “Data Sovereignty Post-PDP Law: From Regulation to DID Blockchain-Powered Implementation,” Direktur Digital Business Peruri, Farah Fitria Rahmayanti, menjadi salah satu pembicara kunci. Ia memaparkan visi Peruri dalam menghadapi tantangan UU PDP.
"Era UU PDP menuntut kita tidak hanya patuh pada regulasi, tetapi juga membangun sistem yang benar-benar memberikan kedaulatan data kepada warga," jelas Farah dalam keterangannya, Rabu (19/11/2025).
Menurutnya, implementasi Digital Identity (DID) yang didukung Blockchain adalah jalan keluar untuk memastikan keaslian, keamanan, dan integritas data digital. Peruri bertekad menerapkan prinsip privacy by design dalam pengembangan identitas digital, memastikan data warga terlindungi sejak awal perancangan sistem.
Lantas apa itu Blockchain?
Teknologi blockchain seringkali hanya dikaitkan dengan mata uang kripto seperti Bitcoin. Namun, pada intinya, blockchain adalah sebuah sistem pengelolaan data yang revolusioner, menawarkan keamanan, transparansi, dan imutabilitas (ketidakmampuan diubah) yang melampaui sistem basis data tradisional. Ia adalah fondasi digital yang berpotensi mengubah cara seluruh industri mulai dari logistik, kesehatan, hingga keuangan mengelola, menyimpan, dan memverifikasi informasi.
Apa Itu Blockchain? Lebih dari Sekadar Database
Baca Juga: Dari DVR ke NAS: Evolusi Pengawasan yang Lebih Aman dan Terukur
Secara sederhana, blockchain adalah sebuah buku besar digital yang didistribusikan (distributed ledger). Ia terdiri dari serangkaian catatan data yang disebut Blok. Setiap blok ini terhubung secara kriptografis (chained) ke blok sebelumnya, membentuk sebuah rantai data yang kronologis dan tidak terputus.
Tiga Karakteristik Kunci Blockchain:
Desentralisasi (Decentralization): Data tidak disimpan di satu server pusat (seperti bank atau server perusahaan), melainkan didistribusikan dan disalin ke ribuan komputer (nodes) di seluruh jaringan. Jika satu komputer gagal, data tetap aman karena salinan ada di mana-mana.
Imutabilitas (Immutability): Setelah sebuah blok data ditambahkan dan divalidasi, ia tidak dapat diubah atau dihapus. Ini memberikan tingkat kepercayaan yang sangat tinggi karena integritas data terjamin.
Transparansi (Transparency): Semua peserta dalam jaringan dapat melihat riwayat transaksi atau data yang tersimpan di blockchain. Namun, identitas peserta seringkali dienkripsi (pseudonymous).
Setiap blok diamankan menggunakan fungsi hashing kriptografi. Setiap blok baru harus mencantumkan hash unik dari blok sebelumnya. Jika ada upaya untuk mengubah data di blok lama, hash akan ikut berubah, merusak rantai, dan segera terdeteksi oleh semua node dalam jaringan.
Bagaimana Blockchain Mengelola Data?
Pengelolaan data dalam blockchain sangat berbeda dari database SQL konvensional. Mekanismenya berfokus pada verifikasi dan konsensus:
1. Konsensus Jaringan
Setiap transaksi atau set data baru (calon blok) harus divalidasi oleh mayoritas node di jaringan melalui mekanisme konsensus, seperti Proof-of-Work (PoW) atau Proof-of-Stake (PoS). Proses konsensus inilah yang memastikan bahwa semua node setuju pada keabsahan data sebelum data tersebut ditambahkan ke rantai.
2. Pencatatan Transaksi (Ledger Management)
Blockchain menyimpan data dalam bentuk transaksi kronologis (misalnya, perpindahan aset, catatan waktu, atau hash dari dokumen). Karena sifatnya yang tidak dapat diubah, blockchain ideal untuk menyimpan riwayat audit yang lengkap, akurat, dan tidak dapat dimanipulasi.
3. Peningkatan Kepercayaan (Trust Enhancement)
Dalam sistem tradisional, kepercayaan bergantung pada otoritas pusat (misalnya, pemerintah atau perusahaan). Blockchain menghilangkan kebutuhan akan perantara ini. Kepercayaan (trust) dibangun secara matematis melalui kriptografi dan verifikasi jaringan, bukan melalui institusi. Hal ini sangat berguna dalam rantai pasok global di mana kepercayaan antarpihak sangat minim.