- BJA Group mengembangkan energi biomassa dari wood pellet tanpa deforestasi, dengan menanam pohon gamal di Gorontalo sejak Mei 2022.
- Pohon gamal dipilih karena cepat tumbuh dan dapat dipanen berulang hingga lima kali, mendukung keberlanjutan bahan baku biomassa.
- Seluruh produksi wood pellet BJA Group telah memenuhi standar SVLK, menjamin legalitas dan proses tanpa merusak kelestarian hutan.
Suara.com - BJA Group, produsen wood pellet, mulai mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT). Salah satunya, EBT Biomassa yang berasal dari wood pellet dari pohon di hutan.
Namun, banyak anggapan berbagai pihak EBT Biomassa ini sering dianggap merusak hutan atau deforestasi, karena banyak menebang pohon di hutan.
Akan tetapi, BJA Group melakukan pengembangan energi hijau Biomassa tanpa mengorbankan kelestarian hutan. Misalnya dengan penanaman pohon gamal sebagai bahan baku Biomassa.
Dalam hal ini, BJA Group kembali menanam pohon gamal di area milik PT Banyan Tumbuh Lestari (BTL), anak usaha BJA Group, di Popayato Timur, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo.
Sejak memulai penanaman gamal pada Mei 2022, BTL telah menanam sekitar 20,4 juta pohon gamal di atas lahan seluas 4.080 hektare.

Alasan Pohon Gamal jadi Bahan Baku Biomassa
Tanaman gamal dipilih karena merupakan sumber biomassa yang ideal dan tumbuh cepat, dapat dipanen berulang, serta punya densitas tinggi.
Sehingga, lebih efisien sebagai bahan baku wood pellet, salah satu sumber energi terbarukan yang permintaannya terus meningkat secara global.
Gamal yang pertama kali ditanam pada 2022 kini sudah mencapai tinggi sekitar 8 meter. Tanaman ini dapat dipanen pada umur 4–5 tahun, dan bisa ditebang hingga lima kali tanpa perlu penanaman ulang.
Baca Juga: ESDM Ungkap Alasan Sumber Listrik RI Mayoritas dari Batu Bara
Siklus panen yang cepat inilah yang membuat gamal menjadi salah satu tulang punggung keberlanjutan industri biomassa.
Direktur BJA Group, Zunaidi, menegaskan penanaman gamal merupakan bukti industri biomassa Indonesia bisa maju tanpa merusak lingkungan.
"Setiap pohon gamal yang kami tanam bukan sekadar tanaman energi, tetapi representasi dari komitmen kami untuk menghijaukan masa depan dan membangun sumber energi terbarukan dari bahan baku yang lestari," ujar Zunaidi seperti dikutip, di Jakarta, Minggu (23/11/2025).
Seluruh proses produksi wood pellet BJA Group telah memenuhi SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian). Hal ini memastikan bahwa setiap produk biomassa dapat dilacak asal-usulnya dan diproduksi tanpa praktik deforestasi.
"Kami ingin menunjukkan bahwa industri wood pellet Indonesia legal, lestari, dan menyejahterakan sehingga bisa menjadi contoh bagi dunia," imbuh Zunaidi
Apa itu Energi Biomassa
Dikutip dari berbagai sumber, Biomassa disebut sebagai salah satu alternatif energi terbarukan yang potensial, terutama di negara tropis seperti Indonesia yang kaya akan sumber daya organik.
Secara sederhana, energi biomassa adalah energi yang berasal dari bahan organik, mulai dari tanaman, limbah pertanian, residu kehutanan, hingga sampah organik yang bisa diolah untuk menghasilkan panas, listrik, maupun bahan bakar ramah lingkungan.
Berbeda dengan energi fosil yang butuh waktu jutaan tahun untuk terbentuk, biomassa dapat diperbarui karena bahan bakunya bisa ditanam kembali.
Sumber biomassa pun beragam. Kayu, limbah kayu, tanaman energi seperti gamal atau kaliandra, limbah perkebunan seperti cangkang sawit, hingga limbah pertanian seperti sekam padi bisa menjadi bahan baku. Bahkan kotoran ternak dapat diolah menjadi biogas, yang kemudian digunakan untuk listrik atau bahan bakar.
Pemanfaatannya juga semakin berkembang. Biomassa dapat dibakar langsung untuk menghasilkan energi, difermentasi menjadi biogas, diproses menjadi biofuel seperti bioetanol, atau diolah menjadi wood pellet, bahan bakar padat yang kini banyak digunakan pembangkit listrik karena emisi karbonnya lebih rendah.
Para ahli menilai, biomassa memiliki sejumlah kelebihan. Selain ramah lingkungan, energi ini mampu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, membantu mengurangi limbah organik, serta membuka peluang ekonomi di daerah-daerah penghasil bahan baku biomassa.