Industri Kimia-Farmasi-Tekstil Diproyeksi Tetap Jadi Penopang Manufaktur pada 2026

Senin, 01 Desember 2025 | 08:33 WIB
Industri Kimia-Farmasi-Tekstil Diproyeksi Tetap Jadi Penopang Manufaktur pada 2026
Ilustrasi farmasi. [Pixabay]
Baca 10 detik
  • Sektor IKFT tetap menjadi pilar utama industri nasional dengan kinerja dan pertumbuhan yang stabil serta kontribusi besar terhadap PDB dan ekspor.

  • Investasi dan utilitas industri meningkat, didorong hilirisasi dan optimisme pelaku usaha, meski impor bahan baku masih tinggi.

  • Pemerintah fokus memperkuat struktur industri hulu–hilir untuk mengurangi ketergantungan impor dan mencapai target transformasi ekonomi 2025–2045

Suara.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut, sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) ini masih menjadi salah satu pilar utama manufaktur nasional dan diproyeksikan terus berperan besar memasuki 2026.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT), Taufiek Bawazier, menyampaikan bahwa sektor IKFT selama ini mampu menjaga stabilitas kinerja meski menghadapi tekanan global.

Ia menyebut kepercayaan dunia usaha terhadap prospek industri nasional tetap terjaga.

“Optimisme pelaku industri memberi sinyal bahwa kita berada pada jalur yang tepat. Tugas pemerintah adalah memastikan ekosistemnya semakin kondusif agar investasi, ekspor, dan produktivitas dapat terus meningkat,” kata Taufiek dalam keterangannya, Minggu (30/11/2025).

Sepanjang 2025, kinerja industri pengolahan tercatat menunjukkan tren positif.

Pada Triwulan III 2025, pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas mencapai 5,58 persen (YoY), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04 persen.

Sementara sektor IKFT tumbuh lebih ekspansif di angka 5,92 persen dengan kontribusi 3,88 persen terhadap PDB nasional.

Di sisi perdagangan luar negeri, ekspor IKFT periode Januari–Agustus 2025 tercatat sebesar 35,25 miliar Dolar AS, sedangkan impor mencapai 32,31 miliar Dolar AS.

Produk kimia, pakaian jadi, serta kulit dan alas kaki masih menjadi penopang utama ekspor.

Baca Juga: Manufaktur Indonesia Tetap Tangguh di Tengah Badai Global, Apa Rahasianya?

Pada saat yang sama, impor bahan baku kimia masih tinggi sehingga pemerintah menilai perlunya penguatan struktur industri hulu guna mendukung kemandirian bahan baku.

Secara keseluruhan, utilisasi kapasitas industri IKFT berada pada kisaran 60 persen.

Level ini turut terdorong oleh kebijakan hilirisasi, khususnya pada industri kimia berbasis migas dan bahan galian bukan logam.

Tren positif juga tercermin dalam realisasi investasi. Pada periode Januari–September 2025, investasi sektor IKFT mencapai Rp142,15 triliun, naik dari Rp116,54 triliun pada periode yang sama tahun 2024.

Dari segi ketenagakerjaan, sektor IKFT menyerap 6,7 juta tenaga kerja hingga Februari 2025 atau setara 4,6 persen dari total tenaga kerja nasional.

Pemerintah menegaskan bahwa penguatan struktur industri menjadi fokus utama dalam mendukung target transformasi ekonomi sesuai RPJPN 2025–2045.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI