Pasokan Rusia dan Venezuela Terancam, Harga Minyak Dunia Melonjak

Senin, 08 Desember 2025 | 11:42 WIB
Pasokan Rusia dan Venezuela Terancam, Harga Minyak Dunia Melonjak
Ilustrasi kilang (Foto Pertamina)
Baca 10 detik
  • Harga minyak dunia menguat pada 8 Desember 2025 karena proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed Amerika Serikat.
  • Risiko geopolitik terkait pasokan minyak Rusia dan Venezuela menjadi faktor penting pemicu kenaikan harga minyak mentah.
  • Diskusi G7/UE mengganti batas harga Rusia dengan larangan layanan maritim berpotensi membatasi pasokan minyak lebih lanjut.

Suara.com - Harga minyak dunia kembali menguat pada perdagangan Senin, 8 Desember 2025. Kenaikan harga terjadi disebabkan perkiraan pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve Amerika Serikat, serta risiko geopolitik yang mengancam pasokan Rusia dan Venezuela.

Mengutip dari Investing, harga minyak mentah Brent naik 9 sen, atau 0,14 persen menjadi USD 63,84 per barel pada pukul 03.21 GMT. Sedangkan, minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di harga USD 60,16, naik 8 sen, atau 0,13 persen.

Tercatat, kedua kontrak ditutup pada sesi perdagangan Jumat pada level tertinggi sejak 18 November.

Kenaikan harga itu, disebabkan pasar yang saat ini memperkirakan peluang 84 persen Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin minggu ini. 

Ilustrasi harga minyak dunia meningkat. (Shutterstock)
Ilustrasi harga minyak dunia meningkat. (Shutterstock)

Namun, komentar dari anggota dewan menunjukkan bahwa pertemuan tersebut akan sangat terpecah, meningkatkan fokus investor pada arah kebijakan dan dinamika internal bank sentral.

Selain itu kenaikan harga juga dipicu ketidakpastiaan perdamaian antara Ukraina dengan Rusia.

Dilaporkan terdapat sejumlah perbedaan pandangan dala upaya damai itu, di antaranya mengenai jaminan keamanan untuk Kyiv dan status wilayah yang diduduki Rusia yang masih belum terselesaikan. 

Para pejabat AS dan Rusia juga memiliki pandangan yang berbeda mengenai proposal perdamaian yang diajukan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. 

"Berbagai potensi hasil dari upaya terbaru Trump untuk mengakhiri perang dapat memicu fluktuasi pasokan minyak lebih dari 2 juta barel per hari," ujar analis ANZ dalam sebuah catatan. 

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Susut Imbas Perundingan Moscow Gagal

Menurut analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar, gencatan senjata adalah risiko penurunan utama bagi prospek harga minyak, sementara kerusakan berkelanjutan pada infrastruktur minyak Rusia merupakan risiko kenaikan yang signifikan.

"Kami yakin kekhawatiran kelebihan pasokan pada akhirnya akan terwujud, terutama karena aliran minyak dan produk olahan Rusia pada akhirnya akan menghindari sanksi yang berlaku, yang mendorong harga berjangka secara bertahap mendekati USD 60 per barel hingga tahun 2026," ujar Dhar dalam sebuah catatan. 

Sementara itu, menurut sumber yang mengetahui masalah ini kepada Reuters, negara-negara Kelompok Tujuh (G7) dan Uni Eropa sedang berdiskusi untuk mengganti batas harga  ekspor minyak Rusia dengan larangan total layanan maritim.

Langkah ini kemungkinan akan membatasi pasokan lebih lanjut dari produsen minyak terbesar kedua di dunia tersebut. 

Amerika Serikat (AS) juga meningkatkan tekanan terhadap Venezuela, anggota OPEC, dengan melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang diduga menyelundupkan obat-obatan terlarang dari negara anggota OPEC tersebut, di samping adanya pembicaraan mengenai tindakan militer untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.

Di sisi lain, menurut sumber perdagangan dan analis, kilang independen China telah meningkatkan pembelian minyak Iran yang dikenai sanksi dari tangki penyimpanan darat dengan memanfaatkan kuota impor yang baru dikeluarkan, sehingga meredakan kelebihan pasokan.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI