- Rupiah menguat 0,15% pada Kamis (11/12/2025) dibuka pada level Rp16.663 per Dolar AS.
- Peemaasan suku bunga The Fed sebesar 25 bps menjadi sentimen utama pendukung penguatan rupiah dan mata uang Asia.
- Rupiah perlu mewaspadai faktor politik domestik AS terkait potensi penggantian Gubernur Bank Sentral tahun depan.
Suara.com - Nilai tukar rupiah menunjukkan tren pemulihan pada pembukaan perdagangan hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka di level Rp16.663 per Dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (11/12/2025).
Pembukaan ini menghasilkan penguatan sebesar 0,15 persen dibandingkan posisi penutupan Rabu (10/12/2025) yang berada di level Rp16.676 per Dolar AS. Sementara itu, acuan kurs Jisdor Bank Indonesia hari ini tercatat di angka Rp16.677 per Dolar AS.
Sentimen The Fed Mendukung Rupiah dan Mata Uang Asia
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan penguatan rupiah diperkirakan akan berlanjut, didorong oleh sentimen global dan domestik.
Salah satu sentimen positif utama adalah pelemahan Dolar AS setelah The Fed melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).
Di pasar Asia, pergerakan mata uang terpantau bervariasi, namun mayoritas mencatatkan apresiasi terhadap the greenback:
Baht Thailand menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia, melonjak 0,31 persen.
Disusul Ringgit Malaysia yang melesat 0,28 persen.
Yen Jepang dan Peso Filipina sama-sama terapresiasi 0,2 persen.
Baca Juga: Rupiah Berotot Tundukan Dolar AS di Level Rp 16.674 Hari Ini
Won Korea Selatan dan Dolar Taiwan terangkat 0,16 persen.
Yuan Tiongkok terkerek 0,09 persen, sementara Dolar Singapura menanjak 0,05 persen.
Dolar Hong Kong terlihat menguat tipis 0,02 persen.
Meskipun mendapat dorongan dari kebijakan The Fed, rupiah juga perlu mewaspadai faktor politik domestik AS, khususnya mengenai kabar kemungkinan Presiden Trump akan mengganti Gubernur Bank Sentral tahun depan.
Hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan berpotensi menekan pergerakan rupiah.
"Walau prospek pemangkasan suku bunga 2026 menurun menjadi hanya satu kali, namun investor menaruh harapan bahwa hal ini bisa berubah seiring penggantian kepala The Fed tahun depan dengan orang pilihan Trump," kata Lukman.